REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Antariksa Eropa (ESA) baru-baru mempelajari perilaku cairan dalam gaya berat mikro. Percobaan itu didalami oleh ESA di laboratorium luar angkasanya yang bernama Colombus.
Dilansir dari Universetoday, Selasa (24/3), laboratorium itu sedang digunakan untuk mempelajari busa. Busa adalah campuran dari cairan dan gas. Anda bisa membayangkan busa sabun.
Busa cair adalah hal biasa dari hidup manusia. Lalu apa yang menarik? Secara fisika, perilaku busa nyatanya sukar dipahami oleh para peneliti. Misalnya, beberapa cairan dapat membentuk busa dalam gayaberat mikro ketika terguncang, sedangkan cairan yang sama di Bumi tidak bisa demikian.
Dalam pembuatan busa, gas terperangkap dalam gelembung. ESA akan menggunakan hasil percobaan tersebut untuk berbagai kebutuhan, baik itu krim cukur ataupun penghambat api yang juga bisa dipakai di luar angkasa.
Bukan hanya di luar angkasa. Busa, di Bumi memiliki gaya gravitasi yang mendominasi zat terkait. Meski ada gelembung dengan ukuran yang berbeda, akan tetapi nyatanya gravitasi mampu menarik cairan antara setiap gelembung itu ke bawah.
Dalam prosesnya gelembung kecil menyusut, untuk selanjutnya bergabung dengan lainnya dan menjadi lebih besar. Hingga akhirnya, ketika gravitasi menarik semua cairan ke bawah, gelembung-gelembung itu meletus, dan buihnya menghilang.
Namun demikian, para ilmuan luar angkasa mencoba cara lain untuk mencari informasi lebih banyak terntang bagaimana busa bisa berprilaku. Itu adalah inti dalam percobaan busa di luar angkasa kali ini.
Dalam gayaberat mikro, ada sedikit kekuatan menarik cairan ke bawah, dan busa bertahan lebih lama. Otomatis, hal tersebut menjadi ketertarikan para peneliti untuk mempelajarinya lebih jauh.
Bukan yang pertama
Penelitian mengenai busa bukanlah yang pertama dilakukan di ruang angksa. Pada 2009, astronaut Frank de Winne juga diketahui melakukan percobaan mengenai busa dengan tema utama 'Foam Stabilitý'.
Dalam eksperimen itu, de Winne melibatkan pengocokan berbagai cairan dan pemantauan perubahan dalam air murni, cairan berbasis protein dan jenis lainnya. Alhasil, dari total 60 sampel yang diuji, perilaku berbusa itu jauh berbeda dari di Bumi.
Dalam penelitian itu cairan lebih stabil dan lebih cepat. Bahkan, dalam percobaan itu juga dianggap menghasilkan lebih banyak busa daripada cairan yang sama di Bumi. Meskipun, pada dasarnya telah diketahui bahwa percobaan menunjukkan adanya kemungkinkan untuk membuat busa super-stabil dalam gayaberat mikro.
Percobaan baru kali ini, disematkan nama Foam Coarsening. Sebab, penelitian dan pembangunannya berdasarkan lanjutan Eksperimen pada 2009 silam.
Eksperimen baru itu akan berfokus untuk mengamati lebih jauh busa saat bergerak melalui berbagai tahapan cair. Khususnya ketika busa transisi ke keadaan cair. Pengamatan semacam itu tidak mungkin terjadi dalam gravitasi bumi.
Untuk mendukung hal tersebut, laboratorium Sains Fluida yang merupakan peralatan serba guna akan dioperasikan oleh astronaut di ISS, atau dapat dioperasikan dalam mode "telescience".
Bahkan, dalam percobaan Foam Coarsening yang akan datang ini, akan dioperasikan dari jarak jauh, yaitu di Belgia. Dalam percobaan Foam Coarsening, busa berada di sel yang mandiri dan menahan cairan yang diguncang piston dan dianalisis dengan optik laser dan kamera resolusi tinggi. Para peneliti akan mengamati dengan seksama bagaimana busa berperilaku dalam gayaberat mikro.
Pemahaman yang lebih besar tentang busa dalam penelitian itu disebut dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari di Bumi. Meskipun, nyatanya manusia telah terbiasa dengan hal-hal seperti busa cukur, busa digunakan dalam semua jenis proses pembuatan, bahkan dalam konstruksi.