Rabu 05 Feb 2020 15:15 WIB

Astronom Cari Memori Gelombang Gravitasi

Ilmuwan mengembangkan mencari memori gelombang gravitasi penggabungan lubang hitam.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
gelombang gravitasi yang ditangkap ilmuwan dengan instrumen LIGO
Foto: LIGO/Science Alert
gelombang gravitasi yang ditangkap ilmuwan dengan instrumen LIGO

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Para peneliti dari Universitas Monash  mengembangkan metode untuk mencari dan mendeteksi memori gelombang gravitasi. Diketahui, para astronom secara teratur mengamati gelombang gravitasi yang disebabkan oleh dua lubang hitam yang bergabung menjadi satu.

Teori gravitasi Einstein memprediksikan bahwa gelombang gravitasi menekan dan meregangkan ruang saat mereka lewat, akan secara permanen mendistorsi ruang, meninggalkan 'ingatan' gelombang. Namun, efek memori ini belum terdeteksi, karena akan sangat kecil dan hanya menyisakan jejak samar.

Baca Juga

Dipimpin oleh mahasiswa doktor OzGrav, Moritz Huebner, makalah yang baru-baru ini diterbitkan menjelaskan penaklukan rumit mencari memori dengan menganalisis data dari berbagai pengamatan. Huebner akan mempresentasikan hasil ini di Australian National Institute for Theoretical Astrophysics (ANITA) di Canberra pada Kamis (6/2).

Model-model ilmiah mengharapkan memori untuk meninggalkan jejak yang sangat samar pada detektor yang jauh lebih kecil daripada gelombang dari tabrakan lubang hitam itu sendiri. Oleh karena itu, data dari banyak peristiwa gelombang gravitasi perlu digabungkan.

Untuk melakukan ini, tim menggunakan beberapa model gelombang gravitasi dan memori paling tepat yang dikembangkan dari studi penggabungan lubang hitam. "Algoritma kami dengan hati-hati menyisir data dan mengukur bukti yang tepat untuk keberadaan memori gelombang gravitasi," kata Huebner, dilansir di Phys.org, Rabu (5/2).

Untuk setiap pengamatan individu, metode yang melelahkan ini dapat memakan waktu ratusan jam pada chip komputer normal untuk mengeksplorasi semua kemungkinan bagaimana sinyal gelombang gravitasi muncul. Hal ini mendorong para peneliti untuk fokus pada pengaturan untuk mengurangi jumlah jam komputasi tanpa mengorbankan pencarian.

Sejauh ini, hasil pencarian yang diterapkan pada 10 tabrakan lubang hitam pertama yang terdeteksi oleh instrumen LIGO dan Virgo antara 2015 dan 2017 telah terbukti tidak meyakinkan. LIGO dan Virgo belum cukup sensitif untuk membuat pernyataan tentang memori gelombang gravitasi.

"Kita sekarang dapat menggunakan data dari 10 tabrakan lubang hitam pertama dan memiliki gagasan yang layak tentang berapa banyak peristiwa gelombang gravitasi yang diamati di masa depan. Kita juga dapat menghitung berapa banyak bukti memori yang dapat dideteksi di setiap peristiwa," kata Huebner.

Sepanjang penelitian, para peneliti juga menemukan bahwa metode pencarian baru mereka harus mengambil data dari sekitar 2.000 penggabungan lubang hitam untuk mendeteksi memori. Walaupun ini mungkin terdengar tidak masuk akal, tim berharap untuk mencapai angka ini pada pertengahan 2020-an.

Ditambah lagi, LIGO dan Virgo terus ditingkatkan dan telah melihat lebih dari 40 penggabungan sejak April 2019, ketika pengamatan ketiga dimulai. Dengan kemajuan teknologi lebih lanjut dan observatorium KAGRA Jepang yang akan hadir secara online, tim yakin bahwa mereka akan mendeteksi banyak biner setiap hari yang pada akhirnya akan mengarah pada pengungkapan memori gelombang gravitasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement