Rabu 15 Jan 2020 18:19 WIB

Perubahan Iklim Ancam Hidup Hewan 'Paling Bandel' di Dunia

Beruang air tahan dalam kondisi ekstrem, dibekukan tapi tak tahan dengan suhu tinggi.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemanasan global (ilustrasi)
Foto: www.ctv.ca
Pemanasan global (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - - Beruang air (Tardigrades) memberi pelajaran tentang keterampilan bertahan hidup. Makhluk kecil itu dapat tahan terhadap kondisi ekstrem, dari radiasi ruang angkasa hingga dibekukan selama beberapa dekade.

Daya tahan hewan itu menginspirasi harapan untuk kehidupan pascaapokaliptik dan masa depan perjalanan ruang angkasa. Namun, penelitian baru menunjukkan bahwa kondisi lingkungan saat ini, sangat tidak baik untuk invertebrata mikroskopis itu. Radiasi ruang angkasa dan pembekuan mungkin tidak membunuh mereka, tetapi planet yang memanas ini mungkin terlalu panas bagi Tardigrade.

Baca Juga

Dalam sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa Ramazzottius varieornatus, yakni spesies Tardigrade yang ditemukan di habitat air tawar sangat rentan terhadap suhu tinggi dalam jangka panjang. Nyatanya, beruang air sangat sensitif karena efek negatif dari pemanasan dapat dilihat hanya dengan sedikit peningkatan suhu.

Dilansir di Inverse.com pada Rabu (15/1), hasil penelitian diterbitkan pada pekan ini di jurnal Scientific Reports. Peneliti mengumpulkan spesimen tardigrade dari talang di atap rumah di Nivå, Denmark. Kemudian, mereka mengekspos tardigrade aktif dan kering (dehidrasi) pada suhu tinggi selama 24 jam.

Di antara Tardigrade aktif non-aklimatisasi, suhu 37,1 derajat Celcius cenderung terbukti mematikan bagi mereka. Untuk Tardigrade yang disesuaikan, suhu fatalnya sedikit lebih tinggi, yaitu 37,6 derajat Celcius.

Suhu maksimum Denmark saat ini hanya 36,4 derajat Celcius, tidak jauh berbeda dengan suhu yang mematikan. Suhu itu menunjukkan tardigrade mungkin sangat rentan terhadap pemanasan Bumi. Anehnya, spesimen yang dikeringkan lebih tangguh daripada pasangan studi aktif mereka.

Di antara Tardigrade kering, paparan panas yang membakar 82,7 derajat Celcius selama satu jam menyebabkan tingkat kematian 50 persen. Namun selama 24 jam, suhu yang lebih rendah, yakni 63,1 derajat Celcius sudah cukup untuk memicu jumlah kematian yang sama.

Menurut penelitian, ada bukti beberapa spesies tardigrade dapat mentoleransi suhu setinggi 151 derajat Celcius. Namun, paparan itu berlangsung hanya 30 menit, mungkin tidak cukup lama untuk efek panas mematikan untuk bertahan.

Studi itu menyoroti kebenaran ihwal ketika sampai pada fase bertahan hidup dan berkembang dalam iklim yang berubah, setiap makhluk memiliki batasnya. Semoga studi seperti itu dapat mendorong kita untuk tidak menguji batas-batas itu.

Pemanasan global sudah memiliki efek berbahaya pada habitat di seluruh dunia. Karena itu, penting mendapatkan pemahaman tentang bagaimana kenaikan suhu dapat mempengaruhi hewan yang masih ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement