REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Laboratorium ruang angkasa Tiangong-2 milik China rencananya akan dikontrol untuk meninggalkan orbit dan memasuki kembali atmosfer pada 19 Juli waktu Beijing. Kantor Teknik Ruang Angkasa Berawak China (CMSEO) mengumumkan hal itu pada Sabtu (13/7).
Sebagian besar pesawat ruang angkasa akan terbakar di atmosfer, dan sejumlah kecil puing diperkirakan jatuh di wilayah laut yang aman di Pasifik Selatan (160-90 derajat bujur barat dan 30-45 derajat lintang selatan), menurut CMSEO, dilansir di kantor berita Xinhua, Sabtu (13/7).
Tiangong-2, versi perbaikan Tiangong-1, adalah laboratorium luar angkasa pertama China dalam arti sebenarnya. Diluncurkan pada 15 September 2016, lab antariksa telah bekerja di orbit lebih dari 1.000 hari atau lebih lama dari usia dua tahun sesuai rancangan.
Terdiri dari modul eksperimen dan modul sumber daya, lab ruang angkasa ini memiliki panjang total 10,4 meter, diameter terbesar 3,35 meter, dan berat lepas landas 8,6 ton. Setelah panel surya dibuka, lebar sayapnya sekitar 18,4 meter. Ini memiliki fungsi pertemuan dan docking dengan pesawat ruang angkasa berawak Shenzhou dan pesawat ruang angkasa kargo Tianzhou.
China telah melakukan serangkaian percobaan ruang angkasa ilmiah dan teknologi serta menguji teknologi pengisian bahan bakar propelan di orbit di Tiangong-2. Semua percobaan di lab luar angkasa telah selesai. "Pesawat ruang angkasa dan instrumen di dalamnya berfungsi dengan baik," kata CMSEO.
Persiapan Tiangong-2 untuk masuk kembali ke atmosfer yang terkendali berjalan dengan lancar sesuai rencana. China akan melaporkan informasi tentang pesawat ruang angkasa tepat waktu setelah memasuki kembali atmosfer untuk memenuhi kewajiban internasionalnya.