Senin 17 Oct 2016 16:59 WIB

Cina Luncurkan Misi Berawak Terlama di Antariksa

Tiangong-2 saat diluncurkan pada 15 September lalu.
Foto: REUTERS/China Daily
Tiangong-2 saat diluncurkan pada 15 September lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Cina meluncurkan penerbangan terlama luar angkasa berawaknya, Senin (17/10). Cina mengirim dua antariksawan ke orbit untuk menghabiskan waktu sebulan di laboratorium luar angkasa. Dua astronaut ini membawa tiga hasil eksperimen pelajar sekolah menengah asal Hong Kong yang terpilih dalam kompetisi ilmiah. Salah satu eksperimen yang dibawa ke luar angkasa adalah ulat sutra.

Penerbangan itu adalah bagian dari rencana utama, menggiatkan layanan stasiun luar angkasa secara tetap pada 2022. Pesawat Shenzhou 11 meluncur pada 07.30 waktu setempat dari landasan pacu di Jiuquan, Gurun Gobi. Astronaut itu akan tinggal di laboratorium Tiangong 2 atau "Istana Surga 2", yang diluncurkan ke luar angkasa pada bulan lalu. Keduanya akan menjadi astronaut Cina paling lama tinggal di luar angkasa.

Wakil ketua Komisi Militer Pusat, Fan Changlong, Senin pagi menemui astronot Jing Haipeng dan Cheng Dong. Ia menyampaikan harapan misi itu dapat berjalan lancar. "Kalian akan berkelana ke luar angkasa untuk mewujudkan mimpi Cina," kata Fan, ujar dia seperti diberitakan Xinhua.

"Berbekal pelatihan keras dan ilmu pengetahuan, serta pengalaman dari misi sebelumnya, kalian akan menjalani tugas yang sulit dan mulia. Kami berharap kalian berhasil dan kembali membawa kabar baik," katanya.

Shenzhou 11 merupakan pesawat luar angkasa ketiga untuk Jing yang akan mengepalai misi tersebut serta merayakan ulang tahunnya ke-50 di orbit. Tiga astronaut Cina sempat menjalani misi tinggal di luar angkasa selama 15 hari dalam Tiangong 1 di orbit pada 2015. Peningkatan aktivitas program luar angkasa merupakan agenda prioritas Presiden Xi Jinping yang mendorong Cina agar menjadi negara adidaya luar angkasa. Cina menegaskan, program luar angkasanya ditujukan untuk misi perdamaian.

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat mengamati China telah meningkatkan kemampuannya di bidang luar angkasa. Cina tengah mengembangkan program luar angkasanya untuk kepentingan militer, komersial, dan ilmu pengetahuan. Namun, negara itu masih mengejar ketertinggalan dari AS dan Rusia. Robot penjelajah Cina, Jade Rabbit mendarat di bulan akhir 2013, tetapi alat itu dikabarkan rusak cukup parah.

Robot itu beserta roketnya Chang'e 3 berhasil menjalani "pendaratan" pertama di bulan sejak misi itu dijalankan pada 1976. AS dan Rusia berhasil menjalani misi tersebut jauh lebih awal. Cina akan meresmikan "modul dasar" untuk stasiun luar angkasa pertamanya pada 2018, kata pejabat tinggi pada April, sebagai upaya menggiatkan layanan stasiun luar angkasa tetap pada 2022.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement