REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konektivitas digital jaringan mendorong tren saat ini. Hari ini, hampir 88 juta pengguna di Indonesia terhubung dengan koneksi internet. Populasi ini didominasi oleh para pemuda yang berkomunikasi dan berkolaborasi dengan menggunakan jaringan sebagai media.
"Video conference memiliki posisi yang sangat baik di Indonesia mengingat penetrasi jaringan disini yang semakin meningkat. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki pertumbuhan pesat dalam mengadopsi budaya online," kata Vice President for Polycom in India, SAARC & SEA, Minhaj Zia.
Jika diperhatikan, kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan, masyarakatnya menghadapi permasalahan yang sama, yaitu kemacetan lalu lintas. Kemacetan membuat beberapa jam waktu habis di jalan hanya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk melakukan pertemuan bisnis.
"Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi para profesional dan pelaku bisnis untuk memanfaatkan teknologi video conference. Video conference adalah jalan terbaik untuk mengatasi permasalahan ini. Teknologi ini sebenarnya dapat diadopsi oleh seluruh kalangan. Baik dari skala bisnis medium, skala bisnis besar juga bagi pemerintah sampai ke sektor publik dapat memanfaatkan teknologi semacam ini," jelasnya.
Adopsi penggunaan video conference secara pesat berkembang di Indonesia. Polycom sendiri, kata Minhaj Zia, memiliki banyak pelanggan mulai dari kalangan pendidikan seperti universitas, industri minyak dan gas, dan perusahaan-perusahaan besar lainnya. "Orang Indonesia sangat camera-friendly, mereka sangat menyukai kamera dan senang untuk bersosialisasi dan melakukan pertemuan," jelasnya.
Polycom merupakan pemimpin dunia dalam bisnis telepon audio conferencing, dengan merancang teknologi untuk mempermudah meeting jarak jauh. Ini adalah bisnis di mana Polycom dikenal di seluruh dunia dan memiliki pangsa pasar hampir 60 persen sampai 70 persen dalam bisnis audio ini di setiap negara, termasuk Indonesia.
Polycom sendiri memiliki kurang lebih 1000 pelanggan di Indonesia. Pelanggan di Indonesia sendiri bermacam-macam mulai dari korporat, pemerintahan dan kampus-kampus. "Kami telah memulai bisnis kami di sini selama 16 tahun dari tahun 2000. Kami bekerja sama dengan baik dengan pelanggan kami khususnya di kalangan pemerintah, kalangan bisnis baik dari kalangan medium kelas kecil, menengah dan besar sekalipun. Empat tahun yang lalu Polycom dipercayakan oleh kementerian pendidikan untuk membangun 1000 ruang kelas berteknologi video conference berkualitas tinggi," kata Minhaj Zia.
Adapun jenis perusahaan di industri yang biasa menggunakan Polycom, kebanyakan dari kalangan pemerintah seperti kementerian dengan presentase 40 persen. Manufaktur, banyak dari perusahaan minyak dan gas dengan persentase 25 persen. Kalangan pendidikan, perusahaan keuangan dan asuransi. Serta industri telekomunikasi. "Telko sebenarnya lebih kepada rekan kami, mereka menggunakan solusi kami namun juga membantu menjualkan kembali solusi kami kepada yang lain," kata dia.
Kalangan Small Medium Business (SMB) juga menggunakan solusi Polycom. Sekitar 25 persen dari total bisnis Polycom berasal dari SMB. Apalagi, kata dia, banyak SMB saat ini sangat memperhatikan penggunaan teknologi dalam praktik bisnisnya, regulasinya juga masih belum kompleks.
Menyoal rata-rata pertumbuhan bisnis Polycom, Minhaj Zia mengatakan, pihaknya mencatatkan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 10 persen hingga persen. Di tahun 2015 lalu, kata dia, Polycom sendiri berhasil mencatatkan pertumbuhan 12 persen.
Melalui video conference, kata Minhaj Zia, pihaknya ingin memberikan pelayanan yang jauh lebih baik dimana setiap profesional dan pelaku bisnis bisa melihat, mendengar, bekerja sama dengan saling berbagi aplikasi dan bahan presentasi.
"Solusi video conference dari Polycom memungkinkan berbagi video dari satu orang ke satu orang lainnya, dan satu orang ke banyak, bisa sampai ke 1.000 orang. Misalnya, satu kementerian yang harus berhubungan dengan 20 kantor atau 50 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. Kami memiliki solusi informasi yang memungkinkan semua endpoint yang berbeda terhubung oleh sebuah jembatan umum," jelasnya.
Jaringan seringkali menjadi masalah yang dihadapi oleh pelanggan. Contoh satu masalahnya yaitu mengenai Bandwidth, berapa besar bandwidth yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan jaringan yang dapat memberikan video berkualitas.
"Polycom memiliki teknologi yang unik di dunia yang menawarkan video conference dengan definisi tinggi pada 50 persen bandwidth lebih besar dari yang dimiliki oleh para kompetitor. Itu berarti jika ada sebuah Negara yang memiliki tantangan bandwidth, solusi kami akan memberikan lebih banyak efisiensi," kata Minhaj Zia.
Solusi yang ditawarkan Polycom, kata dia, dapat digunakan lewat pembelian hardware dan software. Untuk hardware, pelanggan harus membelinya satu kali. Tetapi, Polycom juga memiliki rekan yang menyewakan untuk pelanggan lainnya.
"Kami juga menawarkan pembelian dengan pilihan bagi pelanggan apakah ingin membeli produk kami sekaligus dengan service provider dari kami atau terpisah dengan hanya membeli hardware atau software kami. Solusi kami bekerja sama dengan cloud dari Microsoft. Dengan begitu Anda dapat melakukan panggilan audio, video dan segala hal kolaborasi dengan cloud Microsoft sebagai pilihan," jelasnya.
Menyoal investasi perusahaan untuk bisa mendapatkan solusi polycom, Minhaj Zia mengatakan, investasinya beragam tergantung dari solusi tipe apa yang ingin diterapkan. Misalnya, satu pelanggan menginginkan solusi video dengan satu endpoint ruangan konferensi, dan beberapa pelanggan lainnya menginginkan banyak ruangan konferensi dengan banyak endpoint yang banyak juga. Ini tergantung dengan kebutuhan pelanggan.
"Untuk audio conference rentang harga kami di bawah harga Rp 10 juta. Untuk video conference, mulai dengan harga Rp 20 juta sampai dengan tergantung seberapa kompleks fitur yang dibutuhkan pelanggan. Untuk kisaran harga paling mahal untuk video conference yang kompleks dan paling canggih, harganya bisa mencapai Rp 1,5 miliar dengan cakupan seluruh Indonesia atau 33 provinsi," jelasnya.
Efisiensi yang bisa di dapatkan perusahaan dengan solusi Polycom sendiri memiliki tiga hal penting yaitu, Pertama, menghemat biaya travel atau wisata sampai dengan 20 persen. Kedua, menghemat waktu dan memiliki produktivitas yang lebih baik, efisiensi waktu hingga 30 persen. Ketiga, meningkatkan daya saing dimana saat ini dunia bisnis memiliki daya saing yang tinggi satu dengan yang lainnya.
"Jika Anda bisa mengambil keputusan cepat, maka semakin Anda berada satu langkah di depan yang lain," kata dia.
Untuk jumlah yang menggunakan solusi video conference dan audio conference saat ini, Minhaj Zia mengatakan, mayoritas bisnis Polycom adalah di video conference. Meski demikian, kata dia, Polycom terus meningkatkan bisnis audio conference, khususnya di Indonesia.
"Hampir 80 persen dari pendapatan bisnis kami berasal dari video conference, 20 persen sisanya adalah dari audio conference. Tapi kami yakin, dengan kerja sama dengan Microsoft mencipatakan Skype for Business, dimana basis layanan pada cloud, kami merasa Polycom dapat menguasai pasar," kata dia.