Senin 12 Sep 2016 07:10 WIB

Mengenal Sifat Lithium-Ion, Baterai Samsung Galaxy Note 7

Ilustrasi baterai smartphone.
Foto: quallcomm
Ilustrasi baterai smartphone.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Samsung Galaxy Note 7 meledak menjadikan perangkat ini dilarang di beberapa penerbangan. Otoritas penerbangan AS (FAA) melarang gadget ini masuk di dalam pesawat karena adanya kekhawatian meledak. Mengapa ponsel ini seperti memicu kebakaran?

Laman LiveScience melaporkan jawaban atas pertanyaan ini berhubungan dengan baterai lithium-ion. Material baterai yang bukan hanya digunakan pada ponsel namun komputer, alat-alat listrik dan mainan. Kepala petigas keamanan listrik di Los Alamos National Laboratory di New Mexico dalam sebuah wawancara dengan Live Science, tahun lalu, dia mengatakan lithium merupakan unsur ketiga dalam tabel periodik kimia. Lithium merupakan logam berwarna perak keputihan yang dapat terbakar bila terkena oksigen atau air.

Pada tahun 1991, Sony Corp mengkomersialisasikan cara untuk menggunakan ion ini secara aman dengan mencaga ion lithium tetap berada di dalam suspensi sehingga ion lithium bukanlah lithium murni (ion lithium tidak sama dengan logam lithium). Baterai ion lithium, kata dia dibuat dengan teknik elektronik yang bagus sehingga memiliki pengaman yang baik. Namun, sirkuit listrik yang buruk membuat baterai ini menjadi mudah terbakar.

Baterai yang dibuat dengan sistem yang baik akan otomatis menghentikan pengisian jika sudah terisi penuh. Namun, ini tidak terjadi pada baterai yang rusak. Jika dibiarkan dipasang terlalu lama, ion lithium dapat mengumpul di satu titik dan disimpan sebagai logam lithium pada baterai. "Panas yang berasal dari pengisian yang berlebihan juga dapat menyebabkan gelembung oksigen di dalam gel yang sangat reaktif dengan logam lithium," kata dia, dilanisr dari Live Science (9/9).

Pekan lalu, Samsung menunda pengiriman ponsel pekan lalu, setelah beberapa orang mengunggah gambar perangkat terbakar di media sosial. Samsung, dalam pernyataannya menyatakan, telah ada 35 kasus yang dilaporkan secara global,

perusahaan sedang melakukan pemeriksaan menyeluruh bersama pemasok mereka untuk mengidentifikasi kemungkinan pengaruhnya di pasar.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement