REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan di University of Twente di Belanda telah menghasilkan baterai lithium-ion eksperimental dengan desain elektroda baru. Desain baru dengan struktur kristal “terbuka dan teratur”. Menurut mereka, baterai lithium-ion eksperimental tersebut memungkinkan pengisian daya 10 kali lebih cepat dari perangkat saat ini.
Dilansir dari New Atlas, Selasa (16/11), baterai lithium-ion yang memberi daya pada kendaraan listrik, smartphone, dan perangkat lain yang tak terhitung jumlahnya saat ini memiliki dua elektroda, katoda dan anoda. Studi baru ini berfokus pada anoda.
Sekarang anoda ini terbuat grafit, yang berfungsi dengan baik dalam banyak hal tetapi tidak dapat mengakomodasi tingkat pengisian ultra cepat tanpa rusak. Ilmuwan mencari anoda baru dengan bahan yang menampilkan struktur berpori skala nano.
Anoda seperti ini menjanjikan area kontak yang lebih besar dengan elektrolit cair yang mengangkut ion lithium, sekaligus memungkinkan ion berdifusi lebih mudah ke dalam bahan elektroda padat. Pada akhirnya ini membuat perangkat yang mengisi daya jauh lebih cepat.
Namun ada kekurangan dengan materi yang diajukan selama ini. Sifat saluran yang tidak teratur dan acak dalam struktur nano berpori dapat menyebabkan struktur tersebut runtuh selama pengisian.
Selain itu juga bisa mengurangi kepadatan dan kapasitas baterai, serta dapat menyebabkan lithium menumpuk di permukaan anoda dan menurunkan kinerjanya di setiap siklus. Selanjutnya, pembuatan bahan-bahan ini rumit, melibatkan bahan kimia keras dan menghasilkan limbah kimia yang signifikan.