Kamis 11 Nov 2021 00:41 WIB

Ilmuwan Temukan Kapan Pertama Kali Air Ada di Alam Semesta

Air hadir di alam semesta hanya 780 juta tahun setelah Big Bang

Rep: Idealisa masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Alam semesta (ilustrasi).
Foto: www.kaheel7.com
Alam semesta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Beberapa bahan yang diperlukan untuk kehidupan tidak butuh waktu lama untuk muncul setelah Alam Semesta lahir. Menurut analisis baru dari sepasang galaksi kuno, air hadir di alam semesta hanya 780 juta tahun setelah Big Bang, ketika alam semesta hanya 5 persen dari usianya saat ini.

 

Galaksi-galaksi sedang dalam proses penggabungan menjadi satu galaksi besar, yang secara kolektif dikenal sebagai SPT0311-58. Galaksi-galaksi ini termasuk di antara galaksi tertua yang diketahui di Alam Semesta.

 

Gangguan gravitasi yang disebabkan oleh interaksi mereka dianggap memicu gelombang pembentukan bintang yang menghabiskan semua gas molekuler yang tersedia. 

 

Tetapi masih ada cukup gas yang dapat ditelaah oleh para astronom, memperoleh tanda-tanda spektral yang mengungkapkan keberadaan molekul-molekul tertentu.

 

"Menggunakan pengamatan resolusi tinggi ALMA [Atacama Large Millimeter/ submillimeter Array] gas molekuler dalam pasangan galaksi yang dikenal secara kolektif sebagai SPT0311-58, kami mendeteksi molekul air dan karbon monoksida di dua galaksi yang lebih besar," kata astronom Sreevani Jarugula dari Universitas Illinois, dilansir di Science Alert, Rabu (10/11).

 

Menurut Jarugula, oksigen dan karbon, khususnya, adalah unsur generasi pertama, dan dalam bentuk molekul karbon monoksida dan air. Karena cahaya dari galaksi-galaksi di alam semesta awal telah menempuh perjalanan begitu jauh untuk mencapai kita, cahaya itu sangat redup, dan jauh lebih sulit untuk membedakan detailnya daripada dengan galaksi-galaksi yang relatif dekat. 

 

Namun, medium antarbintang di galaksi ini kaya akan debu, yang dapat membantu mengungkap keberadaan air. Menurut para peneliti, debu ini menyerap radiasi ultraviolet dari bintang dan memancarkannya kembali sebagai cahaya inframerah jauh. Radiasi inframerah ini merangsang molekul air di medium antarbintang, yang menghasilkan emisi yang dapat dideteksi oleh teleskop sensitif seperti ALMA di Chili.

 

Menemukan air ini pada titik awal dalam sejarah Semesta dapat membantu para ilmuwan memahami asal usul dan evolusi blok bangunan kehidupan di Semesta.

 

"Galaksi ini adalah galaksi paling masif yang saat ini dikenal dengan pergeseran merah tinggi, atau saat alam semesta masih sangat muda," jelas Jarugula.

 

Ia menjelaskan, galaksi ini memiliki lebih banyak gas dan debu dibandingkan dengan galaksi lain di alam semesta awal. Temuan ini memberi kita banyak peluang untuk mengamati molekul yang melimpah dan untuk lebih memahami bagaimana unsur-unsur yang menciptakan kehidupan ini berdampak pada perkembangan alam semesta awal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement