Senin 26 Oct 2015 17:53 WIB

Tiga Bahan Melimpah Ini Bisa Jadi Sumber Energi

Rep: Lida Puspaningtyas/arsip republika/ Red: Dwi Murdaningsih
baterai lithium ion transparan yang bisa diisi ulang dengan tenaga matahari.
Foto:

Pernahkan Anda membayangkan hidup tanpa listrik atau lampu? Barangkali tidak semua orang bisa beruntung menikmati listrik atau lampu dengan mudah. Ilmuwan dari SALt (Sustainable Alternative Lighting) menemukan teknik menciptakan lampu yang bisa menyala selama delapan jam. Lampu ini bukan sembarang lampu karena lampu ini tidak dihidupkan dengan listrik tapi menggunakan segelas air dan dua sendok teh garam. Anda mungkin bisa membayangkan bagaimana jika air laut digunakan untuk menyalakan lampu ini.

Dilansir dari laman ScienceAlert, lampu ini sengaja diciptakan untuk menjawab kegalauan bahwa ada satu miliar orang di dunia ini yang hidup tanpa listrik. Artinya, ketika malam hari, untuk bisa membaca atau melakukan aktivitas, mereka harus menggunakan minyak tanah untuk bisa menyalakan lampu. Hal ini memerlukan biaya yang mahal karena minyak tanah juga bukan lagi barang murah.

Lampu garam yang disebut SALt  ini bekerja dengan prinsip baterai galvanik. Sistem ini terdiri dari laritan elektrolit yaitu air garam, dan dua elektroda. Ketika elektroda ditempatkan dalam elektroliit, energi mampu mengidupkan lampu. Sistem ini bisa menyalakan lampu selama delapan jam sehari selama kurun waktu enam bulan.

Lampu ini telah diuji coba di Filipina. Di Filipina, sebanyak 7.000 pulau belum memperoleh listrik. Tim Salt memutuskan untuk mendistribusikan lampu ini untuk mesyarakat Filipina. "Air laut bisa berfungsi menghidupkan lampu. Rata-rata, air laut memiliki salinitas 35 gram dalam 1.000 gram air. Anda bisa menggunakan air laut untuk menghidupkan lampu ini kapan saja," ujar tim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement