Sayangnya, kondisi ini tak akan berlangsung selamanya. Alasannya, posisi bulan terus menjauh dari bumi dengan kecepatan sekitar 4 cm per tahun.
Bulan Darah dan Columbus
Di masa lalu, keterbatasan ilmu membuat kemunculan bulan darah menjadi fenomena yang menakutkan bagi banyak orang. Meski begitu, fenomena bulan darah justru sempat membawa manfaat bagi penjelajah Christopher Columbus pada 1504.
Kala itu, Columbus dan krunya sedang terdampar di sebuah pulau yang kini dikenal sebagai Jamaika. Orang-orang Arawak yang menghuni pulau tersebut pada awalnya menyambut kedatangan Columbus dan krunya dengan baik.
Namun seiring waktu, kru Columbus mulai merasa gelisah dan menjadi korban pembunuhan atau pencurian oleh warga lokal. Selain itu, warga lokal juga mulai enggan untuk membantu Columbus dan kru mencari makanan. Kondisi ini membuat Columbus dan krunya terancam mengalami kelaparan.
Untungnya, Columbus saat itu membawa sebuah almanak yang memuat prediksi-prediksi waktu kemunculan gerhana bulan. Berbekal informasi ini, Columbus memberitahu warga Arawak bahwa Tuhan tidak senang karena Columbus dan krunya tidak mendapatkan makanan. Columbus lalu berbohong dan mengatakan bahwa Tuhan akan mengubah bulan menjadi merah untuk menunjukkan kemarahannya.
Sesuai prediksi dalam almanak, gerhana bulan total terjadi dan bulan tampak berubah warna menjadi merah. Warga Arawak yang merasa takut langsung berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kapal Columbus dan krunay dengan beragam perbekalan. Mereka bahkan meminta Columbus menjadi perantara Tuhan dan mendoakan mereka.