Sabtu 09 Sep 2023 01:12 WIB

Benarkah Ilmuwan Bisa Ciptakan Embrio Manusia tanpa Sel Telur, Sperma, dan Rahim?

Embrio manusia itu tumbuh dari sel induk yang dibudidayakan di laboratorium.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Para ilmuwan sukses mengembangkan model embrio manusia pertama tanpa keterlibatan sperma, sel telur, atau rahim. Embrio manusia itu tumbuh dari sel induk yang dibudidayakan di lab/ Ilustrasi
Foto: Foto : MgRol_92
Para ilmuwan sukses mengembangkan model embrio manusia pertama tanpa keterlibatan sperma, sel telur, atau rahim. Embrio manusia itu tumbuh dari sel induk yang dibudidayakan di lab/ Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan sukses mengembangkan model embrio manusia pertama tanpa keterlibatan sperma, sel telur, atau rahim. Embrio manusia itu tumbuh dari sel induk yang dibudidayakan di laboratorium, bahkan mampu mengubah hasil tes kehamilan menjadi positif dengan melepaskan hormon yang sesuai.

Tim peneliti dari Weizmann Institute of Science di Israel tersebut melaporkan, embrio buatan mereka memiliki semua karakteristik embrio berusia 14 hari. Itu termasuk adanya plasenta, kantung kuning telur, dan jaringan penting lain yang diperlukan untuk pertumbuhannya.

Baca Juga

Profesor Jacob Hanna selaku salah satu peneliti menyampaikan bahwa pada bulan pertama, sebagian besar embrio masih berupa "kotak hitam" misterius. Model embrio manusia yang dia gagas bersama timnya menawarkan cara yang etis dan mudah diakses untuk mengintip ke dalam "kotak" tersebut.

"Ini sangat mirip dengan perkembangan embrio manusia sebenarnya, khususnya kemunculan strukturnya yang sangat indah," kata Hanna, dikutip dari laman Mashable SEA, Jumat (8/9/2023).

Untuk konteks lebih lanjut, pembuatan embrio sintetis jenis ini melibatkan penggunaan sel induk keadaan naif yang diprogram untuk menjadi jenis jaringan tubuh tertentu. Di antaranya sel epiblas (yang menjadi janin), sel trofoblas (plasenta), sel hipoblas (kantung kuning telur), dan sel mesoderm ekstraembrionik.

Total ada 120 sel yang dicampur dengan perbandingan yang sangat tepat, dan kemudian dibiarkan terbentuk. Pada akhirnya, sekitar satu persen dari mereka merakit diri menjadi struktur mirip embrio (walaupun tidak identik dengan embrio manusia asli). "Harus menghadirkan campuran yang tepat dan memiliki lingkungan yang tepat dan sel tersebut akan berkembang pesat. Itu adalah fenomena yang luar biasa," ungkap Hanna.

Dia dan tim berharap metode pertumbuhan embrio sintetis itu akan memungkinkan para ilmuwan lain menjelaskan bagaimana berbagai jenis sel muncul. Bisa juga untuk lebih memahami tahap awal perkembangan tubuh manusia, dan bahkan mungkin lebih memahami penyakit genetik. Semuanya dengan cara yang etis dan terkendali.

Dari segi hukum, perlu dicatat bahwa meskipun ini adalah model embrio, namun itu bukanlah embrio manusia yang sebenarnya, meskipun sangat mirip. Para peneliti juga menyatakan bahwa mencapai kehamilan melalui metode model embrio ini adalah tindakan yang tidak etis dan ilegal. Bahkan, mungkin mustahil merakit 120 sel bersama-sama dan menanamkannya ke lapisan rahim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement