Senin 23 Jan 2023 22:02 WIB

Dua Teknologi Mutakhir Bayi Tabung dapat Cegah Berlanjutnya Penyakit Keturunan

Program itu juga dapat membantu mencegah terjadinya keguguran pada pasien ibu.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Lida Puspaningtyas
Bayi tabung (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Bayi tabung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada 2045 mendatang. Untuk menuju impian Indonesia menjadi generasi emas pada tahun tersebut diperlukan komitmen berbagai pihak. Bagi Morula IVF Indonesia, dukungan untuk hal tersebut dapat dilakukan mulai dari embrio, yakni dengan menggunakan teknologi mutakhir program bayi tabung.

"Kami berkomitmen mendukung program pemerintah untuk menciptakan generasi yang cerdas dan mau menerima perubahan menuju impian Indonesia menjadi generasi emas 2045," ujar Managing Director Morula IVF Indonesia, Sonny Adi Nugroho, di Jakarta, Senin (23/1/2023).

Baca Juga

Dia menyebutkan, program bayi tabung bukanlah hanya untuk pasangan yang memiliki masalah infertilitas, melainkan lebih dari itu. Program itu dapat membantu mencegah terjadinya keguguran pada pasien ibu dan calon bayi tabung serta membantu para pasangan yang memiliki riwayat penyakit keturunan lewat teknologi Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A) dan Preimplantation Genetic Testing for Monogenic Diseases (PGT-M).

Direktur Scientific PT Morula Indonesia, Arief Boediono, menjelaskan lebih lanjut terkait kedua teknologi tersebut. Menurut dia, PGT-A merupakan teknologi bayi tabung unggulan terbaru untuk screening kromosom pada embrio yang dimiliki untuk membantu memaksimalkan keberhasilan kehamilan dalam program bayi tabung.

"Teknologi ini memungkinkan proses seleksi embrio sehingga embrio yang dimasukkan ke dalam rahim merupakan embrio dengan kromosom normal dan diharapkan mempunyai tingkat keberhasilan hamil lebih tinggi," ungkap pria bergelar profesor itu.

Menurut dia, berdasarkan studi yang pihaknya lakukan pada Januari 2019 hingga September 2022 terhadap hampir 500 pasien, teknologi PGT-A membantu potensi kehamilan sebesar 68 persen di kelompok umur 38-39 tahun dan 46 persen usia diatas 40 tahun. Pada kelompok 38-39 tahun tersebut, persentase kehamilan dengan teknologi PGT-A lebih baik 25 persen dibanding kehamilan Non PGT-A.

"Dan di usia 40 tahun ke atas, PGT-A membantu persentase kehamilan 19 persen lebih baik dari yang Non PGT-A," terang dia.

Dia menjelaskan, kegagalan program bayi tabung terjadi karena sekitar 60-70 persen disebabkan karena kromosom yang tidak normal. Itu terjadi terutama pada wanita usia di atas 38 tahun, yang mana kerusakan kromosom bisa mencapai sekitar 75% persen.

Kromosom yang abnormal yang terjadi pada saat proses pembentukan sel-sel telur, sperma, dan saat perkembangan embrio dapat menyebabkan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bahkan hilangnya atau penambahan DNA. Kelainan kromosom tersebut dikenal sebagai aneuploidy.

"Hal ini dapat menyebabkan kelainan kromosom seperti down syndrome dan edwards syndrome, dan kelainan dari kromosom jenis kelamin bayi seperti turner syndrome, jakob syndrome, klinefelter syndrome dan triple x serta 60 persen keguguran," ujar dia.

Untuk PGT-M, teknologi tersebut dapat mendeteksi mutase single-gene atau monogenic yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit genetik bawaan seperti thalassemia, spinal muscular atropy dan cystic fibrosis. Menurut dia, teknologi PGT-M dapat membantu pasangan untuk mendapatkan keturunan dengan menurunkan risiko terkena penyakit-penyakit keturunan tersebut.

"Tim Morula IVF Jakarta sudah berhasil melahirkan bayi dari pasien yang membawa penyakit yang diturunkan, yaitu spinal muscular atropy tanpa menderita penyakit tersebut berkat teknologi di atas. Keberhasilan tersebut secara ilmiah telah dilaporkan dan dipublikasi dalam jurnal internasional," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement