Hasil studi mendukung pengamatan oleh misi robotik sebelumnya ke Mars bahwa Planet Merah dulunya kaya akan bahan organik, senyawa yang terutama terbuat dari karbon dan hidrogen, dan bahwa sebagian dari bahan organik itu masih dapat dideteksi miliaran tahun kemudian.
“Setiap pendeteksian, setiap pengamatan, memberi kita sedikit lebih banyak informasi yang membawa kita lebih dekat untuk memahami sejarah Mars, dan apakah Mars dapat mendukung kehidupan di masa lalu,” kata Hollis.
Sekarang para peneliti telah mengamati molekul-molekul itu, mereka perlu melihat lebih baik pada molekul-molekul itu di laboratorium Bumi, untuk menarik kesimpulan lebih lanjut tentang asal-usul mereka.
“Jika sampel ini dikembalikan ke laboratorium terestrial, rangkaian alat yang lebih beragam dapat digunakan untuk mempelajari sampel, termasuk pada resolusi spasial yang lebih tinggi dan dengan spesifisitas dan sensitivitas yang jauh lebih besar,” kata penulis studi.
Mereka harus menunggu misi Mars Sample Return (MSR), yang diperkirakan tidak akan diluncurkan dari Bumi hingga setidaknya ujung tahun 2020-an. Tetap saja, perjalanan itu layak untuk ditunggu.
“Sejauh ini, satu-satunya batuan Mars yang pernah kami pelajari di Bumi adalah meteorit. Mendapatkan batuan Mars yang utuh, disimpan dengan hati-hati dan dilindungi dari kontaminasi, akan sangat berharga bagi ilmu planet,” kata Hollis.