REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom mengamati ledakan yang sangat energetik yang berasal dari galaksi purba, yang tampaknya dipicu oleh jenis penghancuran bintang yang telah dihipotesiskan selama beberapa dekade tapi belum pernah diamati. Itu biasa disebut sebagai kehancuran bintang karena bertabrakan satu sama lain.
Para peneliti mengatakan bahwa ledakan sinar gamma yang mereka amati mungkin disebabkan oleh tabrakan dua bintang yang padat dekat lubang hitam (black hole) supermasif di pusat galaksi yang berbentuk elips. Mereka menduga kedua bintang yang hancur itu adalah bintang neutron, yang memiliki massa seperti massa matahari dengan besar bola hanya sebesar kota.
"Untuk menjelaskan ledakan sinar gamma, bintang tersebut haruslah bintang yang padat, jadi bukan bintang seperti matahari," kata astronom Andrew Levan dari Radboud University di Belanda, sekaligus penulis utama dari studi yang diterbitkan minggu ini di jurnal Nature Astronomy.
"Semburan sinar gamma adalah ledakan paling kuat di alam semesta. Mereka melepaskan lebih banyak energi per satuan waktu daripada fenomena kosmik lainnya yang diketahui. Jadi, mereka benar-benar superlatif dalam sifat-sifatnya. Namanya berasal dari jenis cahaya pertama yang kita lihat, sinar gamma, tapi sebenarnya mereka memancarkan seluruh spektrum elektromagnetik," kata astrofisikawan dan rekan penulis studi Wen-fai Fong dari Northwestern University di Illinois.
Para peneliti menerangkan bahwa gaya gravitasi yang sangat besar yang diberikan oleh black hole di pusat galaksi dapat menimbulkan malapetaka, mengganggu gerakan bintang-bintang di dekatnya dan objek-objek lain serta meningkatkan kemungkinan tabrakan, mirip dengan tabrakan 'adu banteng'.
“Sebagian besar bintang di alam semesta mati dengan cara yang dapat diprediksi, yang hanya didasarkan pada massa mereka. Penelitian ini menunjukkan rute baru menuju kehancuran bintang,” kata Levan seperti dilansir dari Indian Express, Rabu (28/6/2023).
Bintang-bintang yang sangat masif, lebih dari 10 kali massa matahari, hancur dalam ledakan supernova yang menyisakan bintang-bintang neutron atau bahkan black hole yang lebih rapat, yang tarikan gravitasinya sangat kuat sehingga tidak ada materi atau cahaya yang bisa lolos.
Bintang-bintang bermassa relatif rendah seperti matahari akan mengembang dan melontarkan lapisan terluarnya, bertransformasi menjadi sisa-sisa bintang yang disebut katai putih. Temuan baru ini menunjukkan jalan lain menuju kehancuran bintang.
“Gagasan bahwa bintang juga bisa hancur karena tabrakan di area yang sangat padat sudah ada setidaknya sejak tahun 1980-an. Jadi, kami telah menunggu selama 40 tahun untuk menemukan tanda-tandanya secara observasi," kata Levan.
Para peneliti menggunakan data dari teleskop yang mengorbit dan teleskop yang berada di bumi untuk mempelajari ledakan sinar gamma di galaksi yang berjarak sekitar 3 miliar tahun cahaya dari Bumi, kira-kira ke arah konstelasi Aquarius. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun, yaitu 5,9 triliun mil (9,5 triliun km). Galaksi purba ini dihuni oleh bintang-bintang yang berusia beberapa miliar tahun.
"Galaksi ini adalah galaksi yang kita sebut 'quiescent' yaitu galaksi yang tidak aktif membentuk bintang dengan kecepatan tinggi dan telah melewati masa kejayaannya. Galaksi-galaksi yang tidak aktif ini sangat masif dan memiliki lubang hitam supermasif yang besar di pusatnya, sehingga menjadi tempat yang sempurna untuk terjadinya tabrakan bintang,” kata Fong.
Jarak antara matahari dan bintang terdekat, Proxima Centauri, sekitar 4 tahun cahaya. Bentangan ruang angkasa yang sama akan diisi oleh sekitar 10 juta bintang di dalam inti galaksi, dengan pengaruh destabilisasi lubang hitam supermasif yang mengacaukan segalanya.