REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST atau Webb) diluncurkan pada Desember 2021 dan telah melakukan pengamatan sains sejak Juli 2022. Namun pada 15 Januari, instrumen Near Infrared Imager and Slitless Spectograph (NIRISS) JWST “mengalami keterlambatan komunikasi di dalam instrumen, menyebabkan perangkat lunak penerbangannya mati,” menurut pernyataan 24 Januari dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
NIRISS saat ini tidak dapat digunakan untuk sains, kata pernyataan itu. “Tidak ada indikasi adanya bahaya pada perangkat keras, dan observatorium serta instrumen lainnya semuanya dalam keadaan sehat,” tulis pejabat NASA, dilansir dari Space, Jumat (27/1/2023). Akibatnya pengamatan sains yang terpengaruh akan dijadwalkan ulang.
NIRISS adalah kontribusi dari Badan Antariksa Kanada (CSA), jadi personel NASA dan CSA berkolaborasi untuk memecahkan masalah ini, catat pernyataan itu.
Dalam kondisi normal, NIRISS dapat beroperasi dalam empat mode berbeda, menurut NASA. Itu dapat beroperasi sebagai kamera ketika instrumen JWST lainnya digunakan.
NIRISS juga dapat menganalisis tanda cahaya untuk mempelajari atmosfer exoplanet kecil. Kemudian dapat melakukan pencitraan kontras tinggi dan memiliki mode yang disesuaikan untuk menemukan galaksi jauh.
NIRISS bukanlah instrumen pertama di JWST yang mengalami masalah. Pada Agustus, roda jeruji di dalam Mid-Infrared Instrument (MIRI) observatorium mulai menunjukkan tanda-tanda gesekan. Roda hanya digunakan dalam salah satu dari empat mode pengamatan tersebut sambil melanjutkan pekerjaan MIRI dalam tiga mode lainnya.
Pada November, para insinyur telah melacak penyebab masalah tersebut dan mulai mengembangkan panduan untuk menggunakan mode yang terpengaruh dengan aman, yang disebut Medium Resolution Spectrometer.
Selain itu, pada Desember, observatorium menghabiskan dua pekan diganggu oleh kesalahan yang berulang kali mengirim teleskop ke mode aman. Kejadian itu mengganggu pengamatan sains.
Insinyur melacak masalah ini ke kesalahan perangkat lunak dalam sistem kontrol sikap observatorium, yang mengontrol arah yang ditunjuk pesawat ruang angkasa. Observatorium kembali beroperasi normal sejak terbitan itu pada 20 Desember, menurut pernyataan NASA saat itu.
Pengumuman NIRISS datang tepat setahun setelah JWST tiba di pos terdepannya, titik Lagrange Bumi-matahari 2, yang terletak hampir satu juta mil (1,5 juta kilometer) jauhnya dari Bumi di sisi berlawanan matahari.