Penyebabnya disinyalir karena tersenyum meningkatkan kadar dopamin dan serotonin, hormon tubuh yang memunculkan rasa nyaman. Meskipun ada kemungkinan efek umpan balik wajah yang relatif kecil terakumulasi menjadi perubahan kesejahteraan yang berarti dari waktu ke waktu, senyuman tidak bisa menjadi intervensi kesejahteraan yang serius.
Peneliti Inggris yang tidak terlibat dalam studi, Daniel Eaves dari Universitas Newcastle, sepakat jika umumnya seseorang bisa lebih bahagia saat melihat orang lain tersenyum dan dirinya balas tersenyum. "Akan tetapi, penelitian ini tidak berulang kali melacak kesejahteraan orang, jadi kami tidak dapat mengatakan bahwa itu akan berdampak pada kesedihan atau depresi jangka panjang," ucapnya.
Sementara itu, British Psychological Society mencatat bahwa para peneliti masih ragu-ragu mengenai senyuman sebagai sebuah ekspresi kebahagiaan. Ada teori alternatif yang mengatakan bahwa ekspresi wajah lebih baik dipahami sebagai alat untuk pengaruh sosial.
Pada dasarnya, ekspresi wajah tertentu hanya menjadi tanda kesediaan untuk terlibat dalam interaksi sosial yang positif. Jika demikian, maka gerakan otot wajah diperkirakan tidak akan berdampak besar pada emosi, dikutip dari laman inews.co.uk, Selasa (13/12/2022).