Selasa 13 Dec 2022 12:01 WIB

Senyum Walau Terpaksa Bisa Membuat Orang Jadi Bahagia?

Suasana hati seseorang konon bisa membaik saat tersenyum.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Kate Inggris, Putri Wales tersenyum, dalam kunjungan ke unit bersalin Rumah Sakit Royal Surrey County, di Guilford, Inggris, Rabu, 5 Oktober 2022. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tersenyum bisa membuat seseorang merasa lebih bahagia, meski hanya dalam jangka pendek.
Foto: AP/Alastair Grant
Kate Inggris, Putri Wales tersenyum, dalam kunjungan ke unit bersalin Rumah Sakit Royal Surrey County, di Guilford, Inggris, Rabu, 5 Oktober 2022. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tersenyum bisa membuat seseorang merasa lebih bahagia, meski hanya dalam jangka pendek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama puluhan tahun, perdebatan soal tersenyum dan efeknya pada perasaan bahagia terus bergulir. Ada pakar yang setuju bahwa ekspresi wajah seperti tersenyum dapat memengaruhi emosi seseorang, sementara sebagian pakar tidak sependapat dengan hal itu.

Meski perbedaan pendapat terus terjadi, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa tersenyum bisa membuat seseorang merasa lebih bahagia, meski hanya dalam jangka pendek. Studi global itu telah diterbitkan di jurnal Nature Human Behaviour.

Baca Juga

Penelitian menemukan bahwa suasana hati seseorang bisa membaik saat tersenyum. Bahkan, efek suasana hati yang lebih baik itu sama-sama muncul saat tersenyum dilakukan secara sukarela atau hanya karena meniru orang lain.

Akan tetapi, perasaan lebih bahagia dan suasana hati positif tidak muncul pada peserta yang "dipaksa" tersenyum dengan cara meletakkan pena di antara gigi. Hasil studi itu menjadi tambahan wawasan di tengah perdebatan psikolog sejak akhir abad ke-19.

Kala itu, psikolog Amerika bernama William James mengusulkan bahwa sensasi tubuh (seperti jantung berdebar atau telapak tangan berkeringat) bukan hanya konsekuensi dari emosi, namun bisa juga sebaliknya. Teori itu diperluas ke studi soal gerakan wajah.

Pada 1988, para peneliti mengeksplorasi hipotesis umpan balik wajah. Mereka meninjau gagasan bahwa gerakan wajah, seperti tersenyum atau cemberut, bisa memengaruhi emosi sekaligus menjadi ekspresi emosi itu sendiri. Studi berhasil membuktikan keterkaitan tersebut.

Berbeda lagi dengan studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam Perspectives on Psychological Science. Studi gagal mereplikasi hasil dari penelitian terdahulu pada 1988, dan tidak menemukan efek apa pun. Itu menimbulkan kebingungan besar soal tersenyum bisa membuat seseorang lebih bahagia atau sama sekali tidak.

Untuk menjawab pertanyaan itu, digagas studi baru bertajuk "Many Smiles Collaboration". Penelitian melibatkan periset dari 19 negara di seluruh dunia. Setelah menguji 3.878 peserta, ditemukan bahwa tersenyum memang berpengaruh pada kebahagiaan.

Akan tetapi, efek ini relatif kecil dan bersifat jangka pendek pada sebagian orang. Dalam laporannya, para peneliti mengatakan bahwa tersenyum di hadapan cermin selama lima detik setiap pagi dapat menekan stres, meningkatkan rasa bahagia, dan mengurangi depresi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement