REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini matahari berada dalam fase aktif dari siklus 11 tahun. Aktivitas matahari diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2025 hingga 2026.
Aktivitas matahari yang intens salah satunya ditandai dengan adanya Ejeksi massa korona (CME) besar. CME cukup berbahaya karena bisa menghancurkan satelit, mengganggu komunikasi, dan melumpuhkan jaringan listrik.
Ilmuwan di University of Warwick, Ravindra Desai mengatakan CME secara berkala meletus dari permukaan matahari yang dipicu oleh kondisi medan magnet yang tidak stabil.
“Kemunculannya bervariasi selama siklus matahari 11 tahun dengan peningkatan dan penurunan aktivitas. Mereka dapat mencapai puncak lebih dari 10 CME per hari selama maksimum matahari,” kata Desai, dilansir dari Skyatnight Magazine.
Untuk aktivitas matahari berikutnya akan terjadi sekitar tahun 2025 atau 2026. Ketika CME berdampak pada bumi, seluruh sabuk radiasi yang merupakan zona partikel energik yang mengelilingi bumi, dapat dengan cepat dihancurkan atau hilang.
Seberapa besar risiko yang CME timbulkan ke bumi?
Pada tahun 1859, serangkaian CME yang cepat menghantam bumi selama badai matahari yang sekarang dikenal sebagai Peristiwa Carrington atau Badai Matahari 1859. Ini memicu aurora sejauh selatan Kuba dan Columbia, mendatangkan malapetaka dengan sistem telegraf dunia pada saat itu.
Jika peristiwa seperti itu terjadi hari ini, itu akan menyebabkan pemadaman listrik yang meluas dan hilangnya layanan satelit yang memengaruhi komunikasi, transaksi keuangan, manajemen lalu lintas, dan masih banyak lagi. Tentunya, hal ini bisa merugikan ekonomi dunia triliunan dolar.
Faktanya, sebuah peristiwa yang dianggap sebanding dengan Peristiwa Carrington terjadi pada tahun 2012, tetapi nyaris meleset dari bumi dalam waktu dua pekan. Awal tahun pada Februari 2022 badai matahari melumpuhkan 40 satelit Starlink SpaceX.