Sabtu 19 Nov 2022 07:52 WIB

Catatan Gerhana Matahari Kuno Ungkap Rotasi Bumi Telah Berubah

Ilmuwan meneliti data gerhana dari catatan Kekaisaran Bizantium.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
 Gerhana matahari sebagian terlihat di pusat kota Stockholm, Swedia, 25 Oktober 2022.
Foto: EPA-EFE/Jonas EkstrĖ†mer/TT
Gerhana matahari sebagian terlihat di pusat kota Stockholm, Swedia, 25 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Catatan-catatan gerhana yang diamati sekitar 1.500 tahun yang lalu telah mengungkapkan sejarah rotasi Bumi. Catatan itu mengungkap bagaimana pergerakan Bumi telah berubah. 

Para peneliti mempelajari catatan dari Kekaisaran Bizantium dari abad keempat hingga ketujuh masehi. Tim mengidentifikasi lima gerhana matahari total yang terlihat di sekitar Mediterania Timur.

Baca Juga

Dilansir dari Space, Ahad (2/10/2022), gerhana dapat memberikan informasi tentang pergerakan planet Bumi. Catatan seperti ini dapat menjadi alat penting untuk memahami variabilitas rotasi Bumi sepanjang sejarah. 

Nenek moyang kita mencatat peristiwa astronomi tanpa mencatat informasi penting yang dibutuhkan oleh para astronom saat ini. Alhasil, mengidentifikasi waktu, lokasi, dan luasan gerhana-gerhana yang tepat sering kali sulit.

“Meskipun laporan-laporan saksi mata asli dari periode ini sebagian besar telah hilang, kutipan, terjemahan, dll, yang dicatat oleh generasi selanjutnya memberikan informasi yang berharga,” Koji Murata, asisten profesor di Universitas Tsukuba di Jepang, mengatakan dalam sebuah pernyataan. 

“Selain informasi lokasi dan waktu yang dapat diandalkan, kami membutuhkan konfirmasi totalitas gerhana, kegelapan siang hari saat bintang-bintang terlihat di langit.”

Tim mengidentifikasi lima gerhana matahari total yang terlihat dari wilayah Mediterania Timur pada tahun 346, 418, 484, 601, dan 693 M. Temuan baru ini memberikan rincian tentang perbedaan antara waktu yang diukur menurut rotasi Bumi dan waktu yang tidak bergantung pada rotasi Bumi (nilai yang disebut delta T) yang mewakili panjang hari Bumi.

Sebagai contoh dampak penelitian baru ini, gerhana tercatat terjadi pada 19 juli 418 begitu gelap sehingga bintang-bintang terlihat di langit. Tempat pengamatan gerhana matahari ini adalah Konstantinopel, saat itu ibu kota Kekaisaran Romawi dan sekarang Istanbul di Turki modern.

Model delta T sebelumnya menyarankan bahwa Konstantinopel seharusnya berada di luar jalur gerhana total, area di mana pengamat melihat bulan sepenuhnya menutupi matahari, untuk gerhana tertentu. Catatan kuno tentang gerhana total ini menyimpulkan bahwa delta T untuk abad kelima harus disesuaikan. Catatan lain yang baru ditemukan juga memerlukan penyesuaian model delta T untuk abad berikutnya.

“Data delta T baru kami mengisi kesenjangan yang cukup besar dan menunjukkan bahwa margin T untuk abad ke-5 harus direvisi ke atas, sedangkan untuk abad ke-6 dan ke-7 harus direvisi ke bawah,” kata Murata.

Rincian rotasi Bumi yang direvisi juga dapat membantu para ilmuwan menyelidiki fenomena global lainnya termasuk perubahan permukaan laut dan volume es di seluruh planet.

Penelitian ini diterbitkan 13 September di jurnal Publications of the Astronomical Society of the Pacific.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement