Pandu menceritakan, proses mengembangkan teknologi AI yang menganalisis biopsi pasien dan memberikan informasi bio marker cukup panjang dan bertahap. Awalnya, Panakeia mem buat platform dan riset untuk mengembangkan software device medis mereka yang pertama, PANProfiler Breast (ER, PR, HER2) yang bisa memprofil bio marker ER, PR dan HER2 di kanker dada.
Menurut Pandu, Panakeia sudah melakukan studi yang menunjukkan bahwa teknologi mereka bisa diaplikasikan ke semua jenis kanker. Studi tersebut berjudul Deep learning can predict multi-omic biomarkers from routine pathology images: A sys te matic large-scale study dan dapat dilihat di situs BioRxiv.
Teknologi AI buatan Panakeia sudah diaplikasikan dalam pengobatan kanker payudara (satu perangkat medis disetujui secara klinis, beberapa program pengembangan sedang berjalan), kanker kolorektal (satu perangkat medis disetujui, beberapa program pengembangan berja lan), program pengembangan awal di kepala dan leher, ginekologi (serviks dan endometrial), dan paru-paru.
"Untuk dua software devices yang disetujui, kita sudah mene rima di UK dan Uni Eropa, dan se dang proses di FDA. Untuk ne gara lain, kita masih melihat kesempatan juga juga," ujar Pandu.
Panakeia berharap bisa mengekspansi rangkap kerja mereka. Panakeia ingin komunitas onkologi dan patologi mengadopsi teknologi generasi berikutnya untuk biomarker profiling Panakeia di ranah klinis.