Senin 24 Jan 2022 22:20 WIB

Ironi Pandemi, Teknologi Berkembang Pesat tapi tak Semua Orang Bisa Akses

Pandemi membuat kesenjangan digital semakin terlihat.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Pelajar melihat halaman situs Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui telepon gengggam saat pendaftaran PPDB di SMKN 3 Kota Jambi, Jambi, Jumat (2/7/2021). Meski pendaftaran PPDB telah bisa dilakukan secara online, sejumlah wali murid dan calon siswa di sekolah tersebut terpantau masih mendatangi sekolah karena mengaku kesulitan dengan sistem online.
Foto:

Dari riset itu, dijabarkan bahwa sekitar 25 persen masyarakat adalah digital first-timer dan menggunakan jalur digital untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu, 15 persen di antaranya menggunakan akses digital untuk layanan perbankan.

Anggota Dewan Shropshire, Heather Kidd, me ngatakan, kondisi itulah yang memperlebar kesenjangan di Inggris. Sebagai firsttimer yang minim pelatihan, tentu ma syarakat menjadi sulit untuk melakukan adaptasi saat pandemi membuat sejum lah layanan hanya bisa diakses lewat jalur daring.

"Kondisi ini tak hanya memengaruhi individu, tapi juga memengaruhi sejumlah bisnis yang dijalankan oleh masyarakat," kata Kidd.

Sebab, masyarakat tak hanya dituntut untuk menikmati layanan secara digital tapi juga harus bisa menjalankan bisnisnya secara digital. Kondisi ini pun mendorong Kidd untuk memberikan pelatihan soal penggunaan smartphone.

Ia juga membuat pelatihan mengirim surel dan mengisi formulir secara daring. Meskipun ba nyak masyarakat yang telah meng gunakan media sosial, ia tetap harus memberikan pelatihan ini karena masih banyak masyarakat yang belum menggunakan surel dan akrab dengan sejumlah layanan digital.

Di satu sisi, ia juga menyadari bahwa masyarakat juga dihantui oleh besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bisa menikmati layanan secara digital. Mengingat, sebagian masyarakat menggunakan akses internet yang dibayar dengan skema pay-as-you-go.

 

Artinya, makin sering masyarakat mengakses layanan internet dan makin banyak data yang diakses, tagihan in ternetnya juga bisa membengkak. Bagi sebagian masyarakat, tentu ini menjadi persoalan besar dan membuat disparitas data menjadi makin nyata. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement