REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan terbaru Ericsson Industry Lab Future of Enterprises The Rise of the Smarter, Swifter, Safer Production Employee memprediksi akan terjadi transformasi besar di perusahaan manufaktur di tahun 2030. Transformasi itu termasuk peningkatan pesat pada alat produksi yang mendukung teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti augmented reality, exoskeleton, dan remote control.
Laporan yang dikutip pada Jumat (14/1/2022), juga memperkirakan sistem pengaturan pabrik baru, termasuk manufacturing-as-a-service (MaaS) dan pabrik pop-up. Berdasarkan laporan, sebagian besar perusahaan manufaktur diprediksi akan menjadi setidaknya 80 persen otomatis dalam kurun waktu 10 tahun.
Banyak yang berharap untuk melihat setidaknya dua kali lipat peningkatan penggunaan berbagai perangkat yang mendukung TIK dalam lima tahun ke depan. Perangkat tersebut meliputi software AI, video recognition, augmented & virtual reality, kendaraan berpemandu otomatis (Automated Guided Vehicles/AGVs), dan exoskeletons.
Laporan terbaru ini membahas secara mendalam masa depan manufaktur. Ericsson mengumpulkan wawasan dari sekitar 145 juta karyawan produksi yang berasal dari 22 pasar.
Laporan tersebut menemukan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur tidak mengalami dampak terburuk dari pandemi COVID-19 global. Sebanyak 69 persen melaporkan kinerja keuangan yang tidak berubah, atau bahkan meningkat, sejak masa lockdown dimulai.
Namun, dalam menanggapi persaingan global yang ketat, sebanyak delapan dari 10 perusahaan manufaktur mengatakan bahwa mereka saat ini beroperasi di bawah target cost-cutting. Untuk menghadapi lingkungan yang penuh tuntutan ini, serta memungkinkan karyawan produksi menjadi lebih pintar, lebih cepat, dan lebih aman, perusahaan manufaktur memperkenalkan alat produksi berbasis TIK.
Karyawan produksi yang lebih cerdas, lebih terlatih, dengan lingkungan kerja yang lebih aman mulai bermunculan, didukung oleh alat produksi berbasis TIK. Sebanyak tujuh dari 10 perusahaan manufaktur mengatakan bahwa mereka berencana untuk menggunakan lima atau lebih alat produksi yang diaktifkan oleh jaringan nirkabel canggih, seperti 5G, dalam waktu lima tahun.
Tiga dari empat produsen, yang termasuk di dalamnya responden dari Indonesia, mengatakan bahwa teknologi nirkabel canggih seperti 5G dan Wi-Fi 6 sangat penting untuk mendukung alat produksi tersebut. Manufaktur yang saat ini menggunakan tiga atau lebih alat produksi berkemampuan TIK yang didefinisikan dalam laporan sebagai tool frontrunner, menikmati peningkatan kinerja finansial yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan alat sama sekali.