Jumat 14 Jan 2022 07:05 WIB

Jalan Berliku Teknologi 5G di Indonesia

Keberadaan jaringan 5G belum mulus, masih banyak kendala yang dihadapi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Setyanavidita Livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
jaringan 5G. ilustrasi
Foto:

Micro operator

Industri telekomunikasi di Indonesia, saat ini memang memiliki anomalinya tersendiri. Di tengah pesatnya digitalisasi, kondisi para operator di Indonesia justru semakin menantang untuk dijalani.

Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sarwoto Atmosutarno, menyoroti kondisi operator saat ini secara global dalam menghadapi 5G. "Bukan saja revenue yang terus turun, operator juga mengalami tekanan pada cashflow, peningkatan CAPEX untuk layanan yang terus meningkat, serta EBITDA margin yang stagnan," ungkapnya.

Pemerintah pun telah menetapkan kerangka Peta Jalan 5G Pokja Model Bisnis sebagai strategi implementasi 5G dari 2021 sampai 2024.

Adapun strategi itu meliputi implementasi 5G di ibu kota provinsi, destinasi wisata superprioritas, seperti Borobudur dan Mandalika, ibu kota negara baru dan di industri manufaktur. "Itu belum termasuk strategi implementasi microoperator, dengan sejumlah skenario termasuk ke pemilikan jaringan, kepemilikan frekuensi, operasional jaring an, elemen jaringan, aplikasi platform, dan penomoran," ujar Sarwoto.

Konsep micro operator digagas untuk membangun jaringan sel kecil lokal untuk penyampaian layan an yang disesuaikan. Pendekatan ini dapat membuka ekosistem bisnis komunikasi seluler 5G di masa depan untuk memungkinkan masuknya pendatang baru ke pasar.

Micro operator, Sarwoto menjelaskan, dapat membangun dan mengoperasikan infrastruktur komunikasi sel kecil dalam ruangan dan menawarkan layanan dan konten terkait konteks lokal untuk melayani kebutuhan spesifik berba gai sektor vertikal. Tujuannya, adalah melengkapi penawaran broadband seluler tradisional yang masih terbatas.

Sedikit berbeda, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dir jen SDPPI) Ke menterian Komunikasi dan Informatika, Ismail meng ung kapkan, meski di mung kinkan, lahirnya konsep micro operator untuk makin mengoptimalisasi pemanfaatan 5G, masih harus menunggu kajian yang le bih jauh. "Saat ini, pemanfaatan spektrum yang ada masih difokuskan agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh operator," ungkapnya, dalam webinar Digital Industri Forecast, yang digelar Rabu (12/1).

Saat ini, konsep micro operator memang telah dilakukan oleh beberapa negara atau perusahaan besar, seperti Mercedes Benz yang tertarik untuk mengembangkan 5G-nya sen diri karena ingin segera memetik manfaat dari teknologi yang dihadirkan. Namun, menurut Ismail, filosofi dari hadirnya micro operator di Indonesia bersifat 'pintu darurat'.

 

Konsep ini, kata Ismail, dimungkinkan apabila operator ternyata tidak bisa lagi meng atasi tingginya permintaan akan peman faatan 5G di masa yang akan datang. "Untuk saat ini, konsep yang sudah dikenal di Indonesia, adalah sharing spectrum, itu pun harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pemerintah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement