REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekitar 70 juta tahun yang lalu, dinosaurus kecil mirip burung unta menggeliat di dalam telurnya. Cara itu ia lakukan untuk mencari posisi terbaik saat ia hendak menetas.
Namun, momen yang paling dinantikan, telur yang menetas tidak datang. Embrio yang dijuluki Bayi Yingliang mati dan tetap berada di dalam telurnya selama puluhan juta tahun sampai para peneliti menemukan sisa-sisa fosilnya di China. Studi tentang ini bisa dibaca secara daring di jurnal iScience.
Bayi Yingliang merupakan salah satu dari banyak telur dinosaurus purba yang ditemukan selama satu abad terakhir. “Kerangka ini tidak hanya lengkap tetapi embrio terlihat meringkuk dalam pose hidup di dalam telurnya seolah-olah hewan itu baru mati kemarin,” kata Rekan Peneliti Studi dan Asisten Profesor Paleontologi di University of Calgary, Kanada, Darla Zelenitsky.
Pose meringkuk ini menarik minat para peneliti. Embrio burung hidup diketahui bergerak ke posisi terbaik yang dikenal sebagai perilaku menyelipkan untuk membantu mereka menetas dari telurnya. Akan tetapi perilaku ini belum pernah didokumentasikan pada dinosaurus sampai sekarang.
“Penemuan embrio ini mengisyaratkan beberapa perilaku pra-penetasan yang sebelumnya dianggap unik untuk burung, mungkin berasal dari dinosaurus puluhan atau ratusan juta tahun yang lalu,” ujar Pemimpin Penelitian dan Mahasiswa Doktoral Paleobioplogi di University of Birmingham, Inggris, Fion Waisum Ma.
Telur Byi Yingliang digali di kota Ganzhou yang terletak di tenggara China pada tahun 2000 dan tidak dianalisis sampai tahun 2015. Kala itu, perusahaan batu China Yingliang Group menemukan kembali fosil selama pembangunan Museum Sejarah Alam Batu Yingliang.