Rabu 03 Nov 2021 05:27 WIB

Menguak Misteri Sampel Batuan Bulan dari China

Sampel batuan Bulan China lebih muda dibandingkan sampel Apollo

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, kru pemulihan melihat kapsul probe Chang
Foto: AP/Peng Yuan/Xinhua
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, kru pemulihan melihat kapsul probe Chang

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ilmuwan melakukan analisi batuan yang diambil dalam misi Changé 5 China. Analisis baru batuan yang dikirim ke Bumi oleh misi itu mengonfirmasi bahwa vulkanisme di Bulan terjadi lebih lambat dari yang diketahui sebelumnya.

Analisis itu juga memperdalam misteri seputar aktivitas vulkanisme di Bulan. Dilansir dari Space, Selasa (2/11), pesawat ruang angkasa Chang’e 5 China mengumpulkan 1,73 kilogram debu bulan dan batu dari wilayah yang disebut Oceanus Procellarum di sisi dekat bulan pada Desember 2020.

Baca Juga

Tim misi menargetkan area pendaratan ini karena kepadatan kawah yang lebih rendah. Area tersebut menunjukkan secara signifikan lebih muda daripada area sampel oleh misi Apollo yang dilakukan oleh Amerika dan Luna Soviet yang dilakukan Rusia.

Sebagai informasi, baru ada tiga negara yang berhasil mengambil sampel batuan Bulan. China adalah negara ketiga.

Sampel pertama kali diproses dan dikatalogkan. Batch pertama sampel disetujui untuk dirilis pada Juni. Sejak itu, berbagai tim ilmuwan telah bekerja untuk mempelajari apa yang dapat diceritakan oleh bebatuan kepada kita tentang bulan dan sejarah tata surya.

Makalah pertama yang diterbitkan di jurnal Science pada awal Oktober memberi tanggal pada fragmen sampel yang berusia sekitar 1,97 miliar tahun. Sekarang, makalah yang kedua, diterbitkan di Nature pada 19 Oktober, menggunakan metode penanggalan yang serupa tetapi pada sampel yang berbeda, memberikan usia 2,03 miliar tahun-sangat dekat, secara geologis.

photo
China mengambil sampel batuan di Bulan. - (republika)

 

Kedua penanggalan itu menegaskan aktivitas vulkanik terjadi di daerah bulan ini sekitar satu miliar tahun setelah daerah sampel misi Apollo dan Luna Soviet secara geologis mati. Temuan itu, pada gilirannya, memberi tahu para ilmuwan tentang lapisan bulan di bawah kerak.

“Ini berarti bahwa mantel memiliki panas dalam mantel internal yang cukup dua miliar tahun yang lalu untuk terus melelehkan bahan mantel dan menghasilkan extrusive mare basalts,” kata James Head III, seorang profesor ilmu geologi di Brown University dan rekan penulis pada makalah pertama.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement