Senin 01 Nov 2021 06:51 WIB

Belajar Mengubah Diri Sendiri Berpangkal dari Otak

Otak jadi pusat pencatat segala pengalaman dan hal yang ditangkap indera.

Kesehatan otak (ilustrasi).
Foto:

Perubahan hanya terjadi akibat hal-hal tertentu

Hanya jika kita sangat menderita akibat sesuatu hal, perubahan mendasar bisa terjadi. Hanya mereka yang selalu menghadapi masalah dengan kebiasaan-kebiasaannya, dan tidak menemukan jalan keluar lain, yang otaknya kemungkinan siap untuk mengadakan perubahan.    

"Situasi kedua yang bisa menyebabkan perubahan adalah: jika ada keuntungan. Jika kita mendapat keuntungan yang bisa menutupi penderitaan, atau setidaknya menguranginya. Faktor ketiga, setelah penderitaan dan keuntungan adalah: kesabaran,“ kata Roth.

Artinya, walaupun menderita berbagai pukulan, tetap berusaha dan menahan penderitaan, sehingga diskrepansi antara keinginan dan kenyataan lebih terasa. Yang penting juga, pertanyaan: apakah kita juga ingin berubah untuk diri sendiri, atau hanya untuk orang lain? 

Perubahan perlu sokongan

Hal penting lainnya, ada sumber sokongan lain yang pernah dikenal. Profesor Roth sudah melihat hal ini dalam sejumlah terapi dengan remaja kriminal. Beberapa dari mereka berubah ke arah yang benar, walaupun mereka ketika kecil dianiaya dan diabaikan. 

"Dalam kasus-kasus itu ada orang lain yang bisa dijadikan referensi. Misalnya paman, atau bibi, atau seorang guru. Dan menurut mereka, hubungan inilah, yang memberikan pegangan bagi mereka,“ papar Gerhard Roth.

Sesuai pengetahuan kita saat ini, itulah juga yang mengurangi perasaan sakit akibat perbuatan orang lain, dan jadi sumber kekuatan.

Dengan dasar itu bisa dibangun sesuatu yang baru. Itu memberikan sebersit cahaya untuk bisa lebih percaya orang, bersikap terbuka dan bagi empati. Karena hal itulah yang jadi landasan bagi perubahan mendasar. 

Perubahan mengandung risiko

Menurut Gerhard Roth, semakin tinggi posisi seseorang, perubahan semakin sulit terjadi. Di taraf bawah atau pertengahan, orang lebih bersedia mendengarkan saran. Roth mengungkap,semakin tinggi seseorang mendaki karir, semakin besar juga jarak yang ia tetapkan dengan orang lain.

“Karena perubahan tentu juga berarti perubahan dalam posisi kekuasaan.“  

Bagi kita, melepaskan kebiasaan juga berarti menanggung risiko, dan kerap perasaan sakit. Mereka yang sadar akan hal itu, punya kesempatan lebih besar untuk mengubah hidupnya dengan sukses. 

 

sumber: https://www.dw.com/id/otak-pangkal-kebiasaan-dan-perubahan/a-59145601

 

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement