Senin 27 Sep 2021 11:17 WIB

Sengketa Air Picu Bencana Kekeringan di Sungai Eufrat

Turki dituduh menutup keran air bagi Suriah demi kepentingan politik.

Sungai Eufrat mengering
Foto:

Level air dekati ‘zona mati'

Dirayakan sebagai sungai yang mengalir melalui Surga Eden dalam kisah Alkitab, Sungai Eufrat bergerak sejauh 2.800 kilometer dari Turki, melalui Suriah sebelum bermuara di Irak. 

Di sepanjang pesisirnya, bertebaran kebun-kebun zaitun, gandum atau kacang-kacangan yang menghidupi warga di kedua negara hilir untuk melalui masa perang. 

Penyusutan aliran air kini memaksa Bendungan Tishrin yang menampung air Sungai Eufrat dari Turki untuk mengurangi produksi. Level air, menurut kepala operator bendungan, Hammoud al-Hadiyyeen, sudah sedemikian berbahaya. Situasinya mendekati bencana kemanusiaan.

Sejak Januari 2021, level air menyusut sebanyak lima meter. Level air kini hanya berkisar beberapa sentimeter di atas "zona mati,” di mana turbin bendungan akan terhenti secara otomatis akibat kekurangan air.

"Kapasitas bendungan hidroelektrik di timur laut Suriah sejak tahun lalu dilaporkan anjlok sebanyak 70 persen," kata Kepala Otoritas Energi, Welat Darwish.

Sepertiga stasiun pompa yang bertebaran di sepanjang bantaran sungai kini juga mulai kekurangan air, atau bahkan mengering sama sekali.

Konflik air lintas demarkasi

Masalah terbesar bagi Suriah dan Irak adalah sumber air di luar negeri. Hampir 90 persen air yang mengairi Sungai Eufrat berasal dari Turki. 

Untuk menjamin pasokan yang adil, pada 1987 Turki sepakat mengalirkan sedikitnya 500 kubik meter air per detik untuk Suriah. Tapi jumlahnya menyusut menjadi 200 kubik meter/detik dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga : Harry-Meghan Kejutkan Pengunjung Restoran Melba's di Harlem

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement