Kamis 02 Sep 2021 10:01 WIB

PBB: Frekuensi dan Kerugian Ekonomi Bencana Iklim Meningkat

Bencana iklim kini merenggut nyawa lebih sedikit dibandingkan 1970-an.

Kerusakan udara Badai Ida di Louisiana tenggara, Selasa, 31 Agustus 2021.
Foto:

Angka korban jiwa akan terus menurun?

Samantha Montano, seorang profesor manajemen darurat di Akademi Maritim Massachusetts dan penulis buku Disasterology, mengatakan ia khawatir bahwa jumlah kematian mungkin akan berhenti menurun karena peningkatan cuaca ekstrem yang disebabkan perubahan iklim melanda terutama negara-negara miskin.

"Kesenjangan di mana negara-negara telah memiliki fasilitas atau cara yang didedikasikan untuk meminimalkan kematian akibat bencana adalah kekhawatiran besar, terutama karena perubahan iklim,” tutur Montano.

"Menurunnya kematian dalam beberapa dekade terakhir tidak berarti hal itu akan berlanjut, kecuali kita terus berinvestasi dalam upaya tersebut.”

Badai Ida merupakan sebuah contoh bencana yang menyebabkan kerusakan besar dan mungkin korban jiwa yang lebih sedikit dibanding badai-badai besar sebelumnya. Ia menambahkan bahwa tahun ini, bencana iklim tampaknya melanda tiap beberapa minggu, seperti misalnya Ida, kebakaran hutan AS dan banjir di Jerman, Cina, dan Tennessee.

Lima bencana iklim paling mahal sejak tahun 1970 merupakan badai di AS. Badai Katrina pada tahun 2005 menduduki peringkat pertama. Sedangkan lima bencana iklim paling mematikan terjadi di Afrika dan Asia, di mana kekeringan dan kelaparan di Etiopia pada pertengahan 1980an dan Siklon Bhola di Bangladesh pada tahun 1970 menempati posisi teratas.

Baca juga : Twitter Luncurkan Fitur Blokir Akun Kasar Secara Otomatis

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/frekuensi-bencana-iklim-naik-tapi-korban-jiwa-menurun/a-59053908

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement