Kamis 02 Sep 2021 06:36 WIB

Alasan Bitcoin Dianggap tidak Ramah Lingkungan

Daya yang diperlukan untuk menambang bitcoin sangat besar.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Bitcoin.
Foto:

Ribuan rig penambangan

Kartu grafis pada rig penambangan bekerja 24 jam sehari, yang berarti membutuhkan lebih banyak daya dibandingkan menjelajahi internet. Rig dengan tiga GPU dapat mengkonsumsi daya 1.000 watt atau lebih saat beroperasi, yang setara dengan menyalakan unit AC ukuran sedang.

Bisnis penambangan kripto  dapat memiliki ratusan atau bahkan ribuan rig di satu lokasi. Sebuah pusat penambangan di Kazakhstan dilengkapi untuk menjalankan 50.000 rig penambangan.

Tidak hanya rig yang membutuhkan daya besar, ini juga menghasilkan panas. Semakin banyak rig yang Anda miliki, semakin panas. Jika tidak ingin rig meleleh, diperlukan pendinginan. 

Banyak rig penambangan memiliki beberapa kipas komputer built-in. Namun, jika terdapat banyak rig, ruangan menjadi cepat panas, membutuhkan pendinginan eksternal. 

Operasi kecil, seperti yang dijalankan oleh individu, dapat bertahan dengan kipas berdiri biasa. Pusat pertambangan membutuhkan lebih banyak pendinginan, yang pada gilirannya membutuhkan lebih banyak listrik.

Indeks Konsumsi Energi Bitcoin Digiconomist memperkirakan bahwa satu transaksi Bitcoin membutuhkan 1.544 kWh untuk diselesaikan, atau setara dengan sekitar 53 hari daya untuk rata-rata rumah tangga di Amerika Serikat (AS).

Biaya rata-rata per kWh di Amerika adalah 13 sen. Itu berarti transaksi Bitcoin akan menghasilkan lebih dari 200 dolar AS dalam tagihan energi. 

Penambangan Bitcoin menggunakan lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan di Argentina, menurut analisis dari Universitas Cambridge pada Februari. Pada 121,36 terawatt-jam, penambangan kripto akan berada di 30 negara teratas berdasarkan konsumsi energi.

Tentu saja, hal tersebut seluruhnya memiliki dampak buruk bagi lingkungan dunia. Seperti diketahui, bahan bakar fosil menyumbang lebih dari 60 persen sumber energi di AS. 

Mayoritas dari persentase itu adalah gas alam dan minoritas adalah batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil dilepaskan ke atmosfer, di mana ini menyerap panas dari matahari dan menyebabkan efek rumah kaca.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement