Selasa 10 Aug 2021 17:46 WIB

Ilmuwan Temukan Asal Usul Asteroid yang Punahkan Dinosaurus

Menurut ilmuwan, asteroid menabrak bumi 66 juta tahun lalu dan memicu peristiwa hebat

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 Gambar tak bertanggal yang disediakan oleh NASA ini menunjukkan asteroid Bennu dari pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx. Setelah hampir dua tahun mengitari asteroid kuno, OSIRIS-REx akan mencoba turun ke permukaan berbahaya yang dipenuhi bebatuan dan menyambar segenggam puing pada hari Selasa, 20 Oktober 2020.
Foto:

Dalam studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Icarus edisi November mendatang, para peneliti mengembangkan model komputer untuk melihat seberapa sering asteroid sabuk utama datang ke Bumi dan apakah ini yang menyebabkan berakhirnya era dinosaurus.

Simulasi selama ratusan juta tahun, model menunjukkan gaya termal dan tarikan gravitasi dari planet secara berkala melontarkan asteroid besar keluar dari sabuk. Rata-rata, sebuah asteroid dengan lebar lebih dari enam mil dari tepi luar sabuk terlempar ke jalur tabrakan dengan Bumi setiap 250 juta tahun sekali. 

Perhitungan tersebut membuat peristiwa sejenis lima kali lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya dan konsisten dengan kawah Chicxulub yang diprediksi terbentuk 66 juta tahun lalu. Kawah tersebut merupakan satu-satunya kawah yang diketahui diperkirakan telah dihasilkan oleh asteroid sebesar itu dalam 250 juta tahun terakhir.

Selain menjelaskan asal usul kawah Chicxulub, temuan ini juga membantu para ilmuwan memahami asal-usul asteroid lain yang telah menghantam Bumi lebih jauh di masa lalu. Tak satu pun dari dua kawah tumbukan terbesar lainnya di Bumi, kawah Vredefort di Afrika Selatan dan Cekungan Sudbury di Kanada, yang mengetahui asal-usul penabrak. Hasilnya juga dapat membantu para ilmuwan memprediksi dari mana penabrak besar di masa depan mungkin berasal.

 

"Kami menemukan dalam penelitian bahwa sekitar 60 persen penabrak terestrial besar berasal dari bagian luar sabuk asteroid dan sebagian besar asteroid di zona itu gelap atau primitif. Jadi ada kemungkinan 60 persen atau tiga dari lima yang berikutnya akan datang dari wilayah yang sama,” jelas Nesvorný.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement