Bulan Juli 2021 adalah bulan terpanas kedua yang pernah tercatat di Eropa (dan terpanas ketiga secara global). Bagian selatan benua Eropa telah menjadi fokus panas yang ekstrem, dengan suhu di Yunani diperkirakan mencapai 47 derajat Celsius.
Yunani dan negara tetangganya, Turki berada di tengah-tengah gelombang panas yang bisa menjadi yang terburuk dalam 30 tahun terakhir. Fenomena ini membangkitkan kenangan pada musim kebakaran hutan mengerikan tahun 1987 yang merenggut lebih dari 1.500 korban jiwa di Yunani.
Di Turki, hampir 200 kebakaran hutan di berbagai lokasi yang terpisah berkobar hanya dalam waktu seminggu. Peristiwa ini memaksa ribuan penduduk pesisir dan turis untuk melarikan diri ke Laut Adriatik demi keselamatan mereka.
Jadi, pembakaran hutan secara sengaja maupun penyebab alami seperti sambaran petir, sama-sama harus disalahkan sebagai pemicu kebakaran hutan. Namun, panas ekstrem telah meningkatkan intensitasnya dan merupakan penyebab sebenarnya dari kehancuran yang terjadi di seluruh wilayah yang dilanda karhutla.
Inilah penyebabnya mengapa luas area telah terbakar di seluruh Eropa hingga 5 Agustus, sekitar 55 persen lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata selama 12 tahun sebelumnya.
Fakta ini diperparah dengan pengelolaan hutan yang sudah ketinggalan zaman dan terkadang bahkan perlindungan yang berlebihan terhadap hutan alami, misalnya dengan cara mencegah api.
Kebakaran pada 1 Agustus lalu, juga berkobar di Pineta Dannunziana, hutan pinus perkotaan di kota Pescara, Italia, yang memaksa 800 orang mengungsi. Namun, karena kawasan tersebut merupakan cagar alam yang dilindungi, maka kawasan tersebut tidak diatur dalam pengelolaan hutan dan oleh karena itu tidak dibersihkan secara teratur dari pohon dan semak yang mati dan kering.
"Semak belukar terbakar dengan sangat cepat," kata Carlo Masci, Wali Kota Pescara.
"Di sebagian besar wilayah Mediterania, kebijakan manajemen kebakaran hutan saat ini umumnya terlalu fokus pada pemadaman api dan tidak lagi disesuaikan dengan perubahan global yang sedang berlangsung," demikian publikasi dari para penulis studi tahun 2021 tentang "Memahami Perubahan Kebakaran di Eropa Selatan."