Selasa 06 Jul 2021 14:07 WIB

Ilmuwan Deteksi Awan Lebih Besar dari Galaksi Bima Sakti

Awan besar gas panas yang bercahaya redup itu berada di ruang antar galaksi

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Galaksi (ilustrasi).
Foto: Science Alert
Galaksi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan mendeteksi awan yang lebih besar dibandingkan keseluruhan galaksi Bima Sakti. Awan besar gas panas yang bercahaya redup itu berada di ruang antar galaksi yang berkumpul dalam gugusan besar.

Para ilmuwan percaya awan ini mungkin telah terlepas begitu saja dari galaksi di cluster atau gugus galaksi. Gugus galaksi adalah kumpulan galaksi yang terikat bersama secara gravitasi.

Baca Juga

Ini adalah awan gas pertama dari jenis ini yang pernah dilihat. Yang lebih mengejutkan lagi, awan tidak menghilang, tetapi tetap mengumpul selama ratusan juta tahun.

“Ini adalah penemuan yang menarik dan juga mengejutkan. Ini menunjukkan bahwa kejutan baru selalu ada di luar sana dalam astronomi, sebagai ilmu alam tertua,” kata fisikawan Ming Sun dari University of Alabama di Huntsville, dilansir dari Science Alert, Selasa (6/7).

Gugus galaksi tempat awan gas itu ditemukan disebut Abell 1367, atau Gugus Leo, yang jaraknya sekitar 300 juta tahun cahaya. Di sana berisi setidaknya 72 galaksi utama, dan merupakan bagian dari kompleks supercluster yang lebih besar.

Dari teleskop Jepang

Pada 2017, para astronom yang menggunakan teleskop Subaru Jepang melihat apa yang tampak seperti awan kecil yang hangat di Abell 1367. Karena asalnya tidak jelas, ilmuwan kembali dengan lebih banyak instrumen untuk melihat lebih dekat.

Tim yang dipimpin oleh astronom Chong Ge dari University of Alabama di Huntsville menggunakan teleskop XMM-Newton X-ray ESA dan Multi Unit Spectroscopic Explorer (MUSE) pada Very Large Telescope. Mereka menemukan emisi sinar-X yang menunjukkan awan lebih besar dari yang mereka duga sebelumnya.

Bahkan jauh lebih besar-lebih besar dari galaksi Bima Sakti dengan massa sekitar 10 miliar kali Matahari. Awan ini tampaknya tidak terkait dengan galaksi yang dikenal di cluster.

Awan itu hanya melayang di sana. Suhu awan berkisar antara 10 ribu dan 10 juta Kelvin-konsisten dengan gas yang dapat ditemukan di dalam galaksi, medium antarbintang.

Gas panas yang jauh lebih renggang dari medium intracluster (ruang antar galaksi dalam cluster) masih lebih panas, sekitar 100 juta Kelvin. Ini menunjukkan bahwa awan gas terlepas dari galaksi saat bergerak melalui ruang angkasa.

“Gas di awan dihilangkan oleh tekanan dari gas panas di cluster, ketika galaksi induk melonjak dalam gas panas dengan kecepatan 1.000 hingga 2.000 km per detik,” kata Sun.

“Ini seperti ketika rambut dan pakaian terbang ke belakang ketika Anda berlari ke depan melawan angin yang bertiup ke muka yang kuat. Setelah dikeluarkan dari galaksi induk, awan awalnya dingin dan menguap di media intracluster induk, seperti es yang mencair di musim panas,” ujarnya.

Ini menarik, tetapi agak aneh-karena para peneliti tidak dapat menemukan galaksi terdekat yang dapat menjelaskan hal ini terjadi baru-baru ini. Namun, jika gas telah dicabut dari galaksinya ratusan juta tahun sebelumnya, bagaimana mungkin gas itu tidak menyebar ke dalam medium intracluster?

Untuk menyelesaikannya, tim melakukan perhitungan dan menemukan bahwa medan magnet dapat menahan awan gas bersama-sama melawan ketidakstabilan yang seharusnya memecahnya, untuk jangka waktu yang lama. Mengingat massa awan yang tinggi, tim telah menyimpulkan bahwa galaksi induk dari mana ia terkoyak adalah galaksi yang besar dan masif.

Selain itu, sekarang setelah satu awan telah diidentifikasi, para ilmuwan memiliki serangkaian data yang akan membantu mengidentifikasi awan lain yang serupa di masa depan. Ini akan memberikan informasi berharga tentang dinamika intracluster dan distribusi materi di cluster galaksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement