Rabu 16 Jun 2021 12:22 WIB

Arkeolog Temukan Artefak Berusia Ribuan Tahun di Bawah Air

Artefak bawah laut ini mencerminkan kondisi sosial Amerika Utara 9.000 tahun lalu.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, OREGON -- Arkeolog dari The University of Texas menemukan serpihan obsidian dari situs arkeologi bawah air. Serpihan ini merupakan spesimen tertua dan terjauh dari obsidian yang pernah ditemukan di Amerika Serikat. Obsidian adalah kaca vulkanik yang terbentuk sebagai batu apung ekstrusif. 

Artefak yang ditemukan di Danau Huron, Oregon ini berusia setidaknya 9.000 tahun. "Artefak obsidian kecil ini mengungkapkan hubungan sosial di seluruh Amerika Utara 9.000 tahun yang lalu," kata Ashley Lemke, asisten profesor sosiologi dan antropologi di UT Arlington, dikutip dari eurekalert, Rabu (16/6). 

Baca Juga

Artefak yang ditemukan itu, berasal dari sumber geologis di Oregon. Artefak ditemukan di kedalaman 4000 km, menjadikannya yang terdalam yang pernah ditemukan. Para arkeolog membawa serpihannya ke laboratorium dari UTA, Universitas Michigan, Area Konservasi Laut Nasional Danau Superior, Pusat Reaktor Riset Universitas Missouri, Laboratorium Studi Obsidian Riset Northwest dan Universitas Georgia. 

Dari sana, hasil studi dari situs arkeologi Holosen awal yang terendam di bawah Danau Huron," diterbitkan bulan lalu di jurnal PLOS One. "Ini adalah potongan-potongan yang sangat kecil yang memiliki cerita yang sangat besar untuk diceritakan," kata Lemke.

Penemuan obsidian atau bentuk kaca vulkanik itu ditemukan para peneliti karena situsnya yang berada jauh di bawah air dan tidak terganggu. Sebagai informasi, material itu, merupakan barang yang dikenal lama di sejarah manusia sebagai bahan berharga untuk membuat senjata tajam.

Dengan adanya temuan obsidian di Danau Huron itu, para peneliti akhirnya bisa lebih jauh memahami organisasi sosial dan ekonomi dari para pemburu di akhir zaman es. Sebab, tingkat air lebih rendah pada saat itu. Para ilmuan juga mengklaim telah menemukan situs kuno, seperti dinding batu dan tirai berburu yang kini berada 100 kaki di bawah air.

“Penemuan khusus ini sangat menarik karena menunjukkan betapa pentingnya arkeologi bawah laut,” kata Lemke. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement