REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Layanan pengamatan Copernicus Earth, menyatakan Eropa mengalami tahun terpanas pada 2020. Sementara, benua Arktik mengalami musim panas kebakaran hutan yang ekstrim sebagian karena tutupan salju yang rendah karena dampak perubahan iklim meningkat.
Menurut Copernicus Earth, suhu tahunan rata-rata Eropa pada 2020 adalah yang tertinggi dalam catatan. Suhu rata-rata di Eropa setidaknya 0,4 derajat Celcius di atas lima tahun terpanas sebelumnya. Menurut ilmuwan senior di layanan pengamatan Uni Eropa (UE) ini, Freja Vamborg, suhu meningkat di semua musim di Eropa.
Kondisi ini adalah rekor musim dingin terpanas pada 3,4 derajat Celcius di atas suhu musim dingin rata-rata Eropa yang terlihat selama 1981-2020. Cuaca lebih bervariasi di musim dingin, jadi suhu ekstrim cenderung sangat berpengaruh di musim itu.
Tahun lalu juga musim gugur terhangat di Eropa. Sementara gelombang panas musim panas tidak sekuat atau berkepanjangan seperti dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, Vamborg mengatakan, Arktik mengalami tahun yang spektakuler. Pernyataan ini menunjuk pada musim panas yang memecahkan rekor kebakaran hutan di Arktik Siberia.
Kondisi itu diperburuk oleh suhu tinggi dan lapisan salju di bawah rata-rata. Suhu rata-rata di Siberia Arktik tahun lalu memecahkan rekor dengan selisih besar pada 4,3 derajat Celcius di atas rata-rata 1981-2020.
Secara global, Copernicus Earth mengatakan, 2020 adalah salah satu dari tiga tahun terpanas di dunia yang tercatat. Hasil tersebut mengonfirmasi temuan yang dirilis pekan ini oleh Organisasi Meteorologi Dunia.
Uni Eropa menetapkan target untuk memangkas emisi lebih cepat dekade ini pada Rabu (21/4). Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melakukan hal yang sama pada pertemuan Kamis, dengan meningkatkan tekanan pada negara-negara termasuk Cina dan India.