Pada fase pertama studi Pfizer, sejumlah kecil anak mendapat dosis vaksin yang berbeda. Para ilmuwan mencoba menyaring dosis terbaik untuk diuji pada beberapa ribu anak pada fase berikutnya.

“Kami sangat mempercayai proses penelitian dan memahami bahwa mereka mungkin mendapatkan dosis yang tidak bekerja sama sekali tetapi mungkin memiliki efek samping,” kata spesial penyakit menular di Duke University, Dr Susanna Naggie. 

Naggier menjelaskan pengambilan keputusan yang dihadapi orang tua dalam mendaftarkan anak-anak mereka. Namun anak usia sembilan tahun memiliki pemahaman tentang kehancuran pandemi. 

"Senang berpartisipasi dalam sesuatu yang bukan hanya tentang diri Anda tetapi juga tentang belajar. Mereka benar-benar mengkhawatirkan orang lain dan saya pikir ini adalah sesuatu yang benar-benar, Anda tahu, membuat mereka sadar," ujar Naggie mewakili anaknya yang juga ikut berpartisipasi dalam uji coba tersebut. 

Pembuktian itu penting karena meskipun anak-anak jauh lebih kecil kemungkinannya daripada orang dewasa untuk sakit parah, setidaknya 268 telah meninggal karena Covid-19 di AS saja. Menurut data American Academy of Pediatrics, lebih dari 13.500 telah dirawat di rumah sakit. 

Jumlah tersebut lebih dari sekadar meninggal karena flu dalam rata-rata dalam setahun. Selain itu, sejumlah kecil telah mengembangkan kondisi peradangan serius yang terkait dengan virus korona.

Terlepas dari risiko kesehatan secara individu, masih ada pertanyaan tentang seberapa mudah anak-anak dapat menyebarkan virus. Kondisi ini yang mempersulit upaya untuk membuka kembali sekolah di banyak negara.

Ikuti Whatsapp Channel Republika