Menganimasi Masa Lalu
Tren ini telah membuka segala macam pertanyaan etika dan hukum, terutama seputar persetujuan dan peluang untuk mengaburkan kenyataan dengan menciptakan kembali kembaran (doppelganger) virtual dari yang hidup.
Seorang profesor psikologi di University of Wolverhampton di Inggris yang menulis sebuah buku tentang digital setelah kehidupan (digital afterlife), mengatakan meskipun Deep Nostalgia tidak selalu “bermasalah”, ia berada di konsekuensi yang tidak diinginkan.
MyHeritage mengakui di situs webnya bahwa teknologinya bisaa “sedikit aneh” dan penggunaannya “kontroversial”, tetapi mengatakan langkah-langkah telah diambil untuk mencegah penyalahgunaan. Direktur Hubungan Masyarakat MyHeritage Rafi Mendelsohn mengatakan dalam sebuah pernyataan, fitur Deep Nostalgia mencakup animasi hard-code yang sengaja tanpa ucapan dan oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk memalsukan konten apa pun atau menyampaikan pesan apa pun.
Namun, asisten profesor klinis di Arizona State University’s School for the Future of Innovation in Society Faheem Hussain menuturkan, gambar saja dapat menyampaikan makna.
Demikian pula, animasi AI dapat digunakan untuk membuat seseorang tampak seolah-olah melakukan hal-hal yang mungkin tidak mereka sukai, seperti memutar mata atau tersenyum di pemakaman.
Mendelsohn dari MyHeritage mengatakan bahwa menggunakan foto orang yang hidup tanpa persetujuan mereka adalah pelanggaran terhadap syarat dan ketentuan perusahaan. Dia menambahkan bahwa video dengan jelas ditandai dengan simbol AI untuk membedakannya dari rekaman asli.
“Merupakan tanggung jawab etis kami untuk menandai video sintetis tersebut dengan jelas dan membedakannya dari video asli,” katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
