Rabu 24 Feb 2021 17:54 WIB

Fotografer Temukan Penguin Kuning Langka di Pulau Terpencil

Penguin langka memiliki kulit kuning.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Penguin kuning langka.
Foto: Kennedy News and Media/Yves Adams via live sc
Penguin kuning langka.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Seorang fotografer satwa liar menangkap gambar penguin langka di pulau terpencil di Georgia Selatan pada Desember 2019. Penguin itu melawan pakem warna kulit yang biasanya hitam-putih.

Fotografer asal Belgia, Yves Adams mencipta kehebohan dengan perilisan foto penguin berwarna kuning. Ia menceritakan penguin itu berjalan langsung ke arahnya. Padahal di saat yang sama, penguin itu berada di tengah gajah laut, anjing laut berbulu Antartika, dan ribuan penguinnya.

Baca Juga

"Betapa beruntungnya aku!" kata Adams dalam laman Instagram-nya dilansir dari livescience pada Rabu (24/2).

Saat itu, Adams sedang memimpin ekspedisi fotografi selama dua bulan melintasi Atlantik Selatan dan singgah di pantai Georgia Selatan. Saat membongkar perlengkapan, dia melihat sekumpulan penguin berenang ke arah pantai dimana satu ekor penguin langsung menarik perhatiannya.

"Saya belum pernah melihat atau mendengar tentang penguin kuning sebelumnya. Ada 120 ribu burung di pantai itu, dan ini satu-satunya yang kuning disana," ujar Adams.

"Kami semua menjadi gila saat menyadarinya. Kami menjatuhkan semua perlengkapan dan mengambil kamera," ucap Adams.

Penguin khusus ini tampaknya tetap memiliki bulu kuningnya tetapi kehilangan bulu gelapnya, yang biasanya diwarnai oleh pigmen coklat kehitaman yang dikenal sebagai melanin. Penguin dengan bulu yang tidak biasa relatif jarang, dan terkadang sulit untuk mengidentifikasi penyebab di balik warna langka hanya dengan melihat penguin.

Beberapa pewarnaan yang tidak biasa dapat disebabkan oleh cedera, pola makan atau penyakit. Tetapi banyak contoh disebabkan oleh mutasi pada gen burung. Mutasi semacam itu dapat menyebabkan, misalnya, penguin "melanistik" yang biasanya bagian putihnya berwarna hitam dan penguin "albinistik" tidak memiliki melanin sehingga berwarna putih.

Adams mengatakan burung kuning memiliki kondisi genetik yang dikenal sebagai leucism dimana hanya sebagian melanin yang hilang.

Sementara itu, Dee Boersma selaku ahli biologi konservasi dan profesor di Universitas Washington yang bukan bagian dari ekspedisi, setuju dengan pendapat Adams. Penguin kuning ini mengalami kekurangan pigmen.

"Sedangkan Albino sejati telah kehilangan semua pigmen," ujar Boersma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement