Menurut arkeolog Toulouse lainnya, Gilles Tosello, sebelumnya, instrumen cangkang kerang yang ditemukan di Suriah berusia sekitar 6.000 tahun. Penemuan terbaru dibuat setelah inventarisasi terbaru di Museum Sejarah Alam Toulouse.
Para peneliti melihat beberapa lubang yang tidak biasa di cangkang. Yang terpenting, ujung cangkang pecah, menciptakan lubang yang cukup besar untuk ditiup. Tosello menjelaskan, pemeriksaan mikroskopis mengungkapkan bahwa pembukaan tersebut adalah hasil dari pengerjaan yang disengaja, bukan keausan yang tidak disengaja.
Dengan memasukkan kamera medis kecil, peneliti menemukan bahwa lubang lain telah dibor dengan hati-hati di ruang dalam cangkang. Mereka juga mendeteksi jejak pigmen merah di mulut kerang, sesuai dengan pola dekoratif yang ditemukan di dinding gua Marsoulas.
"Ini klasik, arkeologi yang benar-benar solid," kata arkeolog di University of California, Berkeley, Margaret Conkey, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Conkey menjelaskan, penemuan ini mengingatkan bahwa hidup mereka jauh lebih kaya dan lebih kompleks dari sekedar perkakas batu dan hewan besar. Gua Marsoulas tidak terletak di dekat lautan, jadi orang prasejarah pasti berpindah-pindah atau menggunakan jaringan perdagangan untuk mendapatkan cangkang.
"Apa yang membuat cangkang kerang begitu menarik adalah bahwa rongga spiral yang dibentuk oleh alam sangat mahir dalam beresonansi secara musik," kata komposer di Montreal yang telah mempelajari akustik cangkang keong dan tidak terlibat dalam makalah ini, Rasoul Morteza.
Para arkeolog berencana memanfaatkan penggunakan replika 3D untuk terus mempelajari berbagai nada yang bisa dihasilkan dari benda tersebut. Tosello berharap bisa mendengar instrumen kuno dimainkan di dalam gua tempat ditemukannya.
"Sungguh menakjubkan ketika ada benda yang terlupakan di suatu tempat, dan tiba-tiba benda itu muncul kembali ke dalam cahaya," kataTosello.