Jumat 18 Dec 2020 14:05 WIB

Arkeolog Telusuri DNA Gajah di Kapal yang Terkubur 500 Tahun

Dalam kapal dagang yang karam, arkeolog menemukan 100 gading gajah.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Gajah Afrika
Foto: AP
Gajah Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun 2008, penambang di lepas pantai Namibia menemukan harta karun yang terkubur sebuah kapal Portugis yang dikenal sebagai Bom Jesus. Kapal dagang dari abad ke 16 ini membawa harta karun berupa koin emas dan perak serta bahan berharga lainnya.

Dilansir dari sciencenews, tim arkeolog dan ahli biologi mengatakan muatan paling berharga dari Bom Jesus adalah hasil tangkapan lebih dari 100 gading gajah. Itu adalah temuan arkeologi gading Afrika terbesar yang pernah ditemukan.

Baca Juga

"Sejauh ini, kami telah melacak gading-gading tersebut ke beberapa kawanan gajah hutan yang berbeda. Lalu, kami telurusuri juga gajah itu pernah berkeliaran di Afrika Barat atau tidak. Ini adalah upaya paling rinci dan komprehensif untuk mendapatkan gading gajah (arkeologis)," kata Arkeolog di Universitas Cambridge Paul Lane, Jumat (18/12).

Ahli Biologi Molekuler di Universitas of Illinois di Urbana-Champaign Alida de Flamingh mengatakan gading itu sangat terawat walaupun telah hilang di laut selama hampir 500 tahun.

"Saat kapal tenggelam, tembaga dan batangan timah yang disimpan di atas gading mendorong gading turun ke dasar laut, melindungi gading dari hamburan dan erosi. Arus laut yang sangat dingin juga mengalir melalui wilayah Atlantik ini. Arus yang sangat dingin itu mungkin membantu melestarikan DNA yang ada di gading,” kata dia.

Ia telah mengekstraksi DNA dari 44 gading tersebut. Semua gading itu berasal dari gajah hutan Afrika (Loxodonta cyclotis) bukan dari kerabat sabana Afrika mereka (L. africana). Ia membandingkan DNA gading serta populasi gajah Afrika masa lalu dan sekarang dengan asal-usul yang diketahui.

Gading yang karam itu milik dari setidaknya 17 kawanan gajah yang berbeda secara genetik di Afrika Barat. Saat ini hanya empat di antaranya yang masih ada. Garis keturunan gajah lainnya mungkin telah punah akibat perburuan atau perusakan habitat.

Jenis karbon atau nitrogen di gading memberikan detail lebih lanjut tentang tempat tinggal gajah-gajah ini. Karbon dan nitrogen terakumulasi di gading gajah selama masa hidup gajah melalui makanan yang dimakan hewan dan air yang diminumnya.  

Jumlah relatif dari isotop karbon dan nitrogen yang berbeda bergantung pada apakah gajah menghabiskan sebagian besar waktunya. Isotop di gading Bom Jesus mengungkapkan bahwa gajah-gajah ini hidup di antara hutan dan sabana.

Gajah hutan Afrika modern dikenal berkeliaran di hutan serta sabana. Namun, para peneliti menduga bahwa gajah hutan pertama kali berkelana ke padang rumput hanya pada abad ke-20. Sebab, banyak gajah sabana yang dimusnahkan oleh pemburu liar dan habitat asli gajah hutan dihancurkan oleh perkembangan manusia.  

Asal-usul gading Bom Jesus juga melukiskan gambaran yang lebih jelas tentang perdagangan gading abad ke-16 di benua Afrika. Fakta bahwa gading berasal dari banyak kawanan berbeda mengisyaratkan bahwa banyak komunitas di Afrika Barat terlibat dalam penyediaan gading gajah.

Tidak jelas apakah pedagang Portugis mengumpulkan gading yang beragam ini dari beberapa pelabuhan yang bersumber secara lokal di sepanjang pantai atau dari satu pelabuhan yang terhubung dengan jaringan perdagangan yang luas di dalam benua itu. Analisis masa depan tentang gading yang ditemukan di situs pelabuhan bersejarah dapat membantu memecahkan misteri tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement