Kamis 28 Jan 2021 17:15 WIB

71 Persen Hiu dan Pari Menghilang dari Lautan Dunia

Penangkapan ikan hiu dan pari yang berlebihan membahayakan kesehatan ekosistem laut.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Hiu. ilustrasi
Foto: (Foto: Guy Harvey, Ocean Foundation)
Hiu. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan mengatakan hiu dan pari menghilang dari lautan dunia dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Jumlah hiu yang ditemukan di lautan terbuka telah turun 71 persen selama setengah abad. Hal ini disebabkan karena penangkapan ikan yang berlebihan, menurut sebuah studi baru.

Tiga perempat spesies yang diteliti sekarang terancam punah. Para peneliti mengatakan tindakan segera diperlukan untuk mengamankan masa depan yang lebih cerah bagi hewan yang luar biasa dan tak tergantikan ini.

Baca Juga

Mereka menyerukan kepada pemerintah untuk menerapkan batasan penangkapan ikan berbasis sains.

Peneliti studi, Dr Richard Sherley dari University of Exeter, mengatakan penurunan tampaknya sangat didorong oleh tekanan penangkapan ikan.

"Itulah pendorong penurunan 70 persen dalam 50 tahun terakhir. Untuk setiap 10 hiu yang ada di laut terbuka pada tahun 1970-an, hanya ada tiga hiu hari ini, di seluruh spesies ini, rata-rata," jelasnya Dr Sherley dilansir di BBC, Kamis (28/1).

Hiu dan pari ditangkap untuk diambil dagingnya, siripnya, dan minyak hatinya.  Mereka juga ditangkap untuk memancing rekreasi dan muncul secara tidak sengaja dalam tangkapan kapal penangkap ikan yang menargetkan ikan lain.

Dari 31 spesies yang diteliti, 24 sekarang terancam punah, dan tiga spesies hiu (hiu whitetip samudra, dan hiu kepala martil dan bergigi) telah menurun begitu tajam. Spesies-spesies ini sekarang diklasifikasikan sebagai terancam punah. Ini adalah kategori ancaman tertinggi, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Prof Nicholas Dulvy dari Simon Fraser University di British Columbia, Kanada, mengatakan hiu dan pari samudra berada pada risiko kepunahan yang sangat tinggi, jauh lebih banyak daripada rata-rata burung, mamalia atau katak, meskipun berada jauh dari daratan.

"Penangkapan ikan hiu dan pari yang berlebihan membahayakan kesehatan ekosistem laut secara keseluruhan serta keamanan pangan untuk beberapa negara termiskin di dunia," katanya.

Para peneliti mengumpulkan data global tentang hiu dan pari yang ditemukan di lautan terbuka (berbeda dengan hiu karang atau yang ditemukan di dekat pantai). Dari 1.200 atau lebih spesies hiu dan pari di dunia, 31 di antaranya adalah samudra, menempuh jarak yang jauh melintasi air.

Dia mengatakan kemauan politik diperlukan untuk membalikkan tren ini. Terlepas dari gambaran 'suram' ini, para ilmuwan mengatakan beberapa kisah konservasi hiu memberi harapan.

Sonja Fordham, presiden Shark Advocates International, sebuah proyek nirlaba dari The Ocean Foundation, mengatakan beberapa spesies, termasuk hiu putih besar, telah mulai pulih melalui batasan penangkapan ikan berbasis sains.

"Pengamanan yang relatif sederhana dapat membantu menyelamatkan hiu dan pari, tetapi waktu hampir habis," kata Fordham.

"Kami sangat membutuhkan tindakan konservasi di seluruh dunia untuk mencegah berbagai konsekuensi negatif dan menjamin masa depan yang lebih cerah bagi hewan yang luar biasa dan tak tergantikan ini," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement