Menurut Payne, apa yang mungkin disaksikan para astronom adalah peristiwa gangguan pasang surut, yang terjadi ketika gaya gravitasi yang sangat besar dari lubang hitam merobek bintang di dekatnya menjadi aliran gas.
Saat gas jatuh ke cakram akresi lubang hitam, terjadi flare-up (nyala ledakan) yang dapat dilihat ratusan juta tahun cahaya jauhnya.
"Para astronom berpendapat bahwa salah satu lubang hitam supermasif di galaksi, yang berukuran sekitar 78 juta kali massa Matahari, sebagian mengganggu bintang raksasa yang mengorbit," kata NASA dalam pernyataan itu.
Orbit bintang tidak melingkar. Setiap kali bintang lewat paling dekat ke lubang hitam, akan melepaskan massa tetapi tidak sepenuhnya pecah. Setiap pertemuan melepaskan sejumlah gas yang setara dengan sekitar tiga kali massa Jupiter.
Tim peneliti menggunakan Neil Gehrels Swift Observatory NASA, NASA Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) yang memburu planet, NASA Nuclear Spectroscopic Telescope Array (NuSTAR) dan teleskop XMM-Newton X-ray Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk mengamati suar baru-baru ini.
Secara keseluruhan, tim Payne mengumpulkan data pada 20 suar. Peristiwa tersebut terjadi di galaksi ESO 253-3. Karena berulang, flaring menjadi minat khusus para astronom untuk membantu mereka mengidentifikasi penyebab peristiwa ini dan untuk mencari informasi baru.