Kamis 19 Nov 2020 16:38 WIB

Astronom Pecahkan Misteri Cincin Cahaya Biru Luar Angkasa

Cincin biru adalah nebula yang tampak setelah bintang menelan bintang lainnya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Cincin biru yang bercahaya di luar angkasa.
Foto: nasa
Cincin biru yang bercahaya di luar angkasa.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN DIEGO -- Para ilmuwan akhirnya memecahkan misteri cincin biru yang bercahaya di luar angkasa. Para astronom telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba memahami mengapa objek misterius di luar angkasa memiliki lingkaran cahaya biru di sekitarnya.

Mereka meneliti dengan menganalisis gambar yang diambil dengan teleskop baik di darat maupun di luar angkasa. Sekarang para ilmuwan telah mengetahui bagaimana cahaya biru terbentuk.

Baca Juga

Para astronom berpendapat bahwa cincin biru sebenarnya bukanlah cincin, melainkan kerucut. Awan puing yang berpendar mungkin terbentuk setelah bintang mirip matahari menelan bintang yang lebih kecil. Karena salah satu kerucut menghadap langsung ke Bumi, dari Bumi terlihat seolah-olah itu adalah cincin.

Cincin itu juga tidak sepenuhnya berwarna biru. Warna itu justru mewakili cahaya yang tidak terlihat yang mengelilingi objek.

Ini adalah pertama kalinya para astronom melihat fase langka evolusi bintang yang terjadi hanya beberapa ribu tahun setelah peristiwa itu terjadi. Untuk informasi, periode ribuan tahun adalah waktu singkat pada skala bintang.

Kedua bintang itu mulai hidup mengambang di angkasa. Saat bintang mirip matahari mengembang dan mendekati bintang lainnya, bintang yang lebih kecil mulai menyedot materi dari bintang lain yang lebih besar.

Akhirnya, saat bintang yang lebih kecil dilahap, tabrakan tersebut meluncurkan awan puing yang dibelah oleh piringan gas dari bintang yang lebih kecil. Dari peristiwa itu menciptakan dua awan puing berbentuk kerucut. Molekul hidrogen di dalam puing-puing kemudian dieksitasi oleh gelombang kejut.

"Penggabungan dua bintang cukup umum, tetapi mereka dengan cepat menjadi tertutup oleh banyak debu saat ejeksi dari mereka mengembang dan mendingin di angkasa, yang berarti kita tidak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi," kata penulis utama studi Keri Hoadley, dilansir di Independent, Kamis (19/11).

"Tapi kami juga menangkap prosesnya sebelum terlalu lama. Setelah beberapa lama, nebula (gumpalan awan) akan larut ke dalam medium antarbintang, dan kami tidak akan bisa mengatakan apa pun terjadi sama sekali." jelasnya.

Misteri itu telah membingungkan para ilmuwan selama bertahun-tahun sejak ditemukan. Ketika mencoba untuk memahami apa yang menyebabkan pemandangan tersebut, para ilmuwan mengemukakan banyak ide.

Dengan menggunakan Teleskop Hale Caltech di Observatorium Palomar, dekat San Diego, dan Observatorium W. M. Keck di Hawaii, mereka mencoba menemukan bukti gelombang kejut di sekitar bintang yang menunjukkan awan gas telah dikirim ke luar angkasa.

Belakangan dihipotesiskan bahwa bintang tersebut dapat menghancurkan planet terdekat yang tidak terlihat. Namun, data dari Habitable Zone Planet Finder yang dirilis pada tahun 2017 menunjukkan bahwa tidak ada objek semacam itu yang mengorbit bintang tersebut.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement