Selasa 13 Oct 2020 19:41 WIB

Ilmuwan Temukan Proses Paling Dahsyat dari Hancurnya Bintang

Bintang dilahap oleh Lubang Hitam supermasif menjadi akhir hancurnya bintang.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Proses yang disebut spaghettification dianggap sebagai cara paling mengerikan bintang mengakhiri hidupnya. Bintang ini dilahap oleh Lubang Hitam supermasif.
Foto: eso
Proses yang disebut spaghettification dianggap sebagai cara paling mengerikan bintang mengakhiri hidupnya. Bintang ini dilahap oleh Lubang Hitam supermasif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom melihat denyut cahaya yang langka, yang diduga merupakan hembusan napas terakhir dari sebuah bintang. Benda ruang angkasa itu telah sekarat dan tersedot menuju pusat lubang hitam supermasif, hingga kemudian tercabik menjadi untaian debu bintang.

Proses tersebut dikenal dengan istilah spaghettification. Disebutkan bahwa ini adalah hal mengerikan, bahkan menjadi cara paling buruk bagi sebuah bintang di akhir hidupnya.

Baca Juga

"Ketika lubang hitam melahap bintang, ia dapat meluncurkan ledakan material yang kuat ke luar yang menghalangi pandangan kita,” ujar Samantha Oates, astronom di Universitas Birmingham dalam sebuah pernyataan, dilansir Popular Mechanics, Selasa (13/10).

Oates menjelaskan hal itu karena  energi yang dilepaskan saat lubang hitam memakan materi bintang mendorong puing-puing bintang keluar. Para peneliti menggunakan Very Large Telescope milik European Southern Observatory dan New Technology Telescope di Chile, jaringan telescope global Las Cumbres Observatory, dan Swift Satellite Neil Gehrel untuk memantau flare, yang mereka namakan AT2019qiz.

Pelacakan  AT2019qiz dilakukan selama enam bulan. Para peneliti melakukan pengamatan di optik, ultraviolet, sinar-X, dan radio, saat cahaya itu menjadi cerah dan akhirnya memudar. Para ilmuwan menerbitkan temuan mereka di Pemberitahuan Bulanan dari Royal Astronomical Society.

Dengan jarak hanya 215 juta tahun cahaya dari Bumi, AT2019qiz adalah suar terdekat yang pernah diamati. Para ilmuwan percaya bintang di pusat peristiwa bencana itu pada satu titik massa yang kira-kira sama dengan matahari kita.

Suar atau flare kehilangan sekitar setengah massanya setelah lubang hitam supermasif, yang sekitar satu juta kali lebih masif dari bintang, mulai menghirupnya.

Saat materi bintang ditarik dari bintang, ia mulai membungkus lubang hitam, mengelilinginya dalam tirai debu. Dalam beberapa kasus, puing-puing yang berputar-putar dapat mencapai kecepatan hingga 10.000 kilometer per detik.

Ketika material tersebut akhirnya ‘dimakan’ oleh lubang hitam, itu menghasilkan suar kuat yang dapat diamati oleh teleskop kuat Bumi. Peristiwa baru ini dapat memberikan pandangan kritis khusus kepada para ilmuwan tentang proses yang sangat mengerikan ini.

“Intip di balik tirai yang unik ini memberikan kesempatan pertama untuk menunjukkan dengan tepat asal-usul materi yang mengaburkan dan mengikuti secara real time bagaimana ia menelan lubang hitam,” ujar Kate Alexander di Northwestern University.

Peristiwa seperti  AT2019qiz sangat jarang terjadi. Para ilmuwan hanya mengamati sekitar 100 peristiwa gangguan pasang surut (atau dugaan peristiwa gangguan pasang surut) sejak 1999.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement