Ahad 13 Sep 2020 23:26 WIB

Satelit Republik Indonesia Mulai Dibangun Bulan Ini

Indonesia diyakini akan memiliki akses internet jauh lebih baik.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate (tengah) didampingi Inspektur Jenderal Kemenkominfo Doddy Setiadji (kanan) dan Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Adi Rahman Adiwoso berpose usai menandatangani naskah kerja sama dimulainya konstruksi Satelit Multifungsi Republik Indonesia (Satria) antara PT SNT dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Kemenkominfo menargetkan satelit Satria beroperasi pada 2023 dan diharapkan akan memperkuat transformasi ekonomi digital termasuk mendukung digitalisasi sistem pembayaran terutama di daerah yang belum terjangkau jaringan internet.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate (tengah) didampingi Inspektur Jenderal Kemenkominfo Doddy Setiadji (kanan) dan Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Adi Rahman Adiwoso berpose usai menandatangani naskah kerja sama dimulainya konstruksi Satelit Multifungsi Republik Indonesia (Satria) antara PT SNT dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Kemenkominfo menargetkan satelit Satria beroperasi pada 2023 dan diharapkan akan memperkuat transformasi ekonomi digital termasuk mendukung digitalisasi sistem pembayaran terutama di daerah yang belum terjangkau jaringan internet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Plate turut bangga dengan semakin dekatnya tahapan rampung dari proyek Satelit Multifungsi (SMF) yang disebut Satelit Republik Indonesia (SATRIA). Perusahaan telekomunikasi berbasis satelit swasta pertama di Indonesia, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) yakin SATRIA bakal mempercepat terbentuknya masyarakat digital di Indonesia.

Untuk mewujudkan itu, PSN melalui anak usahanya, PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) bekerja sama dengan aerospace manufacturer asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) untuk memulai konstruksi di September ini.

“Saya mengucapkan selamat atas tercapainya tahapan PWA proyek SATRIA antara SNT sebagai bagian dari Konsorsium PSN dengan Thales Alenia Space. Pandemi memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap industri dirgantara, termasuk satelit, seperti efek negatif pada penyelesaian proyek, terganggunya supply chain, dan perlambatan pengoperasian fasilitas untuk pabrikasi," kata dia saat menyaksikan Preparatory Work Agreement (PWA) antara PSN dengan Thales Alenia Space (TAS), akhir pekan ini.

Namun, kata dia, bagi Indonesia dan mitra-mitra kerja satelitnya, justru hal sebaliknya terjadi. PWA Konsorsium PSN dan TAS, kata dia, menunjukka, iklim investasi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi Indonesia tidak sedang melambat, namun justru semakin melesat.

Direktur Utama PSN sekaligus Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso optimistis dengan adanya satelit Satria nanti, Indonesia akan memiliki akses internet jauh lebih baik. Terbentuknya masyarakat digital, klaim dia, juga bisa lebih cepat.

“Indonesia bisa secepatnya menjadi digital society dengan mempermudah pendidikan, pemerintahan, kesehatan, perekonomian, dan sebagainya dengan akses internet. Kesetaraan digital ini menyiapkan seluruh bangsa menghadapi masa depan yang sebagian besar berdasarkan digital world,” jelas Adi Rahman dalam keterangan persnya.

Adi pun menegaskan, konstruksi mulai dilakukan pada bulan ini. Dia mengatakan,  konstruksi sendiri dijalankan TAS setelah PWA dilakukan.

Dia menerangkan, proyek SATRIA bagi kelompok usaha PSN merupakan bagian dari rangkaian Satelit Nusantara yang dimulai sejak 2019.

Satelit multifungsi ini memiliki kapasitas 150 gigabyte per second (Gbps) dengan menggunakan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dan memakai frekuensi Ka-Band.

Proyek SATRIA, kata dia, merupakan suatu keputusan strategis pemerintah yang sangat penting.

Bahkan tidak kalah dengan keputusan pada saat pemerintah memutuskan, menggunakan Satelit Palapa A pada 1970 bagi sistem komunikasi satelit domestik, yang membuat seluruh masyarakat Indonesia akhirnya dapat berkomunikasi dan menikmati saluran televisi nasional, TVRI.

“Dengan kapasitas sebesar 150 Gbps berarti lebih besar tiga kali lipat dari semua kapasitas satelit nasional yang saat ini masih digunakan. Kami yakin SATRIA dapat menjadi jawaban dari digital gap yang masih terjadi di Indonesia,” jelas Adi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement