Senin 06 Jul 2020 23:08 WIB

Mitos dan Fakta Robot Kolaboratif Gusur Pekerjaan Manusia

Produsen mulai tertarik pada sistem otomatisasi cobot.

Robot perang milik tentara Amerika (ilustrasi)
Foto:

Susah merawat dan menjaga mesin robot

Memang benar kalau ada sebagian robot yang berukuran besar, rumit, dan sulit untuk dioperasikan. Banyak orang bahkan mengatakan, butuh gelar PhD (sarjana S3) untuk dapat mengoperasikannya.

Namun kenyataannya, cobot tidak serumit itu. Cobot mudah sekali dipakai, dioperasikan, dan dipelihara, karena cobot itu sangatlah sederhana, tidak rumit dan tidak perlu mengubah tata letak produksi di pabrik saat digunakan.

Cobot mudah diprogram dan digunakan berulang kali, kebutuhan perawatannya pun sangat minimal.

Cobot Berbahaya?

Robot buatan industri tradisional tidak bisa bekerja dengan manusia secara berdampingan tanpa masalah keamanan yang serius.

Diakui, robot tradisional dapat menangani material yang lebih berat dan besar, namun robot tersebut membutuhkan ruang pengaman sendiri untuk menjaga manusia agar tidak terkena risiko kecelakaan kerja pada saat difungsikan.

Cobot berbeda dari robot industri tradisional. Cobot dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan manusia dan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja.

Cobot dirancang khusus untuk bekerja berdampingan dengan manusia, sebagai solusi dengan tingkat error yang sangat kecil, masalah keamanannya juga hampir tidak ada, karena memang cobot sudah aman, cobot dan manusia dapat bekerja bersama, tanpa perlu ruang pengaman tersendiri.

Salah satu perusahaan yang sudah membuktikan kehebatan cobot adalah PT JVC Electronics Indonesia (JEIN). Sebagai pemimpin dunia dalam produk elektronik dan hiburan, JEIN merasa butuh untuk mengotomatisasi operasi pabriknya, agar tetap kompetitif.

Keselamatan juga merupakan faktor penting bagi JEIN, yang percaya bahwa Universal Robot mampu beroperasi secara efisien dan aman.

Cobot UR, yang dirancang dengan sistem keselamatan yang sudah paten, memungkinkan para karyawan untuk bekerja jarak dekat tanpa perlu pengaman (karena manusia merupakan aset yang rentan risiko K3).

Selain itu, cobot mampu membebaskan para pekerja dari tugas-tugas berisiko tinggi, seperti menyolder dan memisahkan bagian PCB yang dipotong, yang mengeluarkan asap dan partikel debu yang berbahaya.

"Salah satu fitur utama dari robot UR3 adalah fitur keselamatan yang adaptif dan konsisten. Robot-robot itu mampu mendeteksi adanya ancaman kerja eksternal, langsung berhenti beroperasi ketika terjadi bahaya. Karyawan-karyawan kami bisa bekerja dalam jarak dekat dengan cobot tanpa harus khawatir akan risiko kecelakaan kerja," kata Sukijan, supervisi pabrik di JEIN.

Cobot mahal

Sebenarnya mitos ini ada benarnya juga, robot itu memang ada yang mahal. Tapi tidak untuk semua jenis robot. Biaya awal pemasangan cobot biasanya lebih murah daripada robot tradisional, dengan periode pengembalian rata-rata dua belas bulan saja.

Cobot itu hemat biaya dan ekonomis, hanya perlu investasi yang kecil saja, mengingat kalau robot-robot ini tidak memerlukan penyesuaian infrastruktur yang besar.

Tidak seperti robot tradisional, cobot sendiri dapat digunakan kembali untuk berbagai fungsi di jalur produksi lain yang mampu digunakan setiap saat.

Indonesia sekarang ini sedang mengambil strategi proaktif untuk tetap bisa menjadi negara yang kompetitif di pasar global, dengan mengadopsi sistem otomatisasi.

Saat ini, perusahaan-perusahaan Indonesia sedang beralih ke masa depan yang didorong oleh teknologi. Robot-robot akan terus berkembang dan ada bersama manusia. Saat ini, perusahaan-perusahaan Indonesia juga beralih ke masa depan yang didorong oleh teknologi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement