Selasa 28 Apr 2020 15:27 WIB

Ilmuwan Pecahkan Misteri Rotasi Atmosfer di Venus

Keanehan atmosfer di Venus sudah menjadi misteri sejak 1960-an.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Atmosfer Venus.
Foto: slash gear
Atmosfer Venus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Takeshi Horinouchi dari Universitas Hokkaido, Jepang telah menyelidiki Venus. Mereka mencari tahu  apa yang mendorong atmosfer di planet itu berotasi lebih cepat.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa rotasi super (super-rotation/super-rotasi) atmosfer enesia di dekat khatulistiwa disebabkan oleh gelombang pasang atmosfer yang terbentuk dari pemanasan matahari di sisi siang planet dan pendinginan di sisi malam. Dengan lebih dekat ke kutub, maka turbulensi atmosfer dan jenis gelombang lainnya memiliki efek yang lebih jelas.

Baca Juga

Venus diketahui berotasi sangat lambat. Planet ini membutuhkan 243 hari di Bumi untuk berputar sekali di sekitar sumbu. Meski demikian, atmosfer berputar ke barat pada kecepatan 60 kali lebih cepat dari rotasi planet.

Para ilmuwan mengatakan bahwa super-rotasi ini meningkat dengan ketinggian, hanya membutuhkan empat hari di Bumi untuk mengedarkan seluruh planet menuju puncak awan. Atmosfer yang bergerak cepat mengangkut panas dari sisi hari planet ke sisi malamnya, mengurangi perbedaan suhu antara kedua belahan planet.

Para ilmuwan pertama kali menemukan super-rotasi  ini meningkat dengan ketinggian. Hanya membutuhkan empat hari di Bumi untuk mengedarkan seluruh planet menuju puncak awan.

Atmosfer yang bergerak cepat mengangkut panas dari sisi hari planet ke sisi malamnya, mengurangi perbedaan suhu antara kedua belahan planet. Para ilmuwan pertama kali menemukan super-rotasi di Venus pada era 1960-an, namun apa yang membentuk dan mempertahankan rotasi itu justru telah menjadi misteri.

Tim peneliti mengembangkan metode yang tepat untuk melacak awan dan mendapatkan kecepatan angin dari gambar yang tersedia oleh kamera ultraviolet dan inframerah di atas pesawat ruang angkasa Akatsuki. Pesawat ruang angkasa itu telah mengorbit Venus sejak Desember 2015.

Metode baru untuk memperkirakan kecepatan angin dan pelacakan awan memungkinkan tim untuk memperkirakan kontribusi gelombang atmosfer dan turbulensi ke rotasi supra. Para peneliti memperhatikan perbedaan suhu atmosfer antara lintang rendah dan tinggi cukup kecil, sehingga tidak dapat dijelaskan tanpa sirkulasi melintasi lintang.

Analisis oleh tim juga mengungkapkan bahwa pemeliharaan ditopang oleh pasang surut, yang memberikan akselerasi pada garis lintang rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempertahankan rotasi supra menyarankan sistem sirkulasi ganda mengangkut panas di seluruh dunia dengan sirkulasi meridional secara perlahan mengangkut panas ke arah jajak pendapat dan super-rotasi dengan cepat mengangkut panas ke sisi malam planet.

Tim ilmuwan meyakini bahwa penelitian yang dilakukan telah membantu untuk lebih memahami sistem atmosfer pada planet ekstrasurya (exoplanet) yang terkunci dengan satu sisi dan selalu menghadap bintang pusat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement