Ahad 29 Dec 2019 14:05 WIB

Ilmuwan Temukan Model Prediksi Bentuk Korona Matahari

Ilmuwan India dari CESSI bisa memprediksi bentuk korona.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Gerhana Matahari Cincin.
Foto: TheAge
Gerhana Matahari Cincin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Baru-baru ini fisikawan surya dari Center for Excellence in Space Sciences (CESSI), IISER Kolkata mengklaim tekah berhasil memprediksi bentuk korona matahari pada gerhana annular 26 Desember lalu. Bahkan, ditegaskan bahwa prediksi tersebut merupakan keberhasilan yang kedua, setelah prediksi pada 2 Juli lalu juga sempat berhasil di Amerika Selatan.

 “Untuk gerhana matahari di Amerika Selatan 2 Juli, hasil kami yang diprediksi miring sedikit lebih besar daripada yang diamati pada jarak jauh dari Matahari. Kali ini, jauh lebih baik. Kami masih berusaha mencari tahu mengapa ini bekerja dengan sangat baik kali ini,” kata profesor dan Penyelidik Utama di CESSI, Dibyendu Nandi, seperti dilansir The Hindu, Ahad (29/12).

Baca Juga

Secara umum, korona merupakan bagian terluar dari atmosfer matahari. Dalam prosesnya, prediksi yang dilakukan baru-baru itu cukup berbeda dari gambar yang sebenarnya. Kali ini, dinilai sudah mendekati gambar aslinya.

Temuan ini  juga ditegaskan kembali oleh NASA dan Badan Antariksa serta Laboratorium Atmosfer dan Antariksa Eropa (SOHO) yang juga meneliti korona matahari menggunakan instrumen LASCO.

Model Transportasi Permukaan Fluks Matahari Prediktif yang dikembangkan oleh tim CESSI saat ini, dinilai dapat memprediksi bentuk korona jauh-jauh hari.Dr Nandi menuturkan, penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh bisa memprediksi struktur skala besar korona matahari hingga dua bulan sebelumnya.

“Ini luar biasa, karena ini memberikan pengetahuan lanjut dan jendela besar kesiapan untuk cuaca luar angkasa yang digerakkan oleh medan magnet koronal,” kata Dr. Nandi.

Sementara itu, mahasiswa PhD di IISER Kolkata yang membantu model tersebut Soumyaranjan Dash mengatakan peristiwa dinamis di matahari dapat mempengaruhi atmosfer luar bumi dan teknologi yang ia gunakan. Bahkan, juga mengarah pada gangguan dalam jaringan komunikasi dan navigasi (GPS).

"Ini lebih sering terjadi selama solar maxima dan menimbulkan ancaman bagi teknologi dan astronot yang bergantung pada ruang angkasa,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement