REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Sejumlah wilayah di Indonesia akan berada dalam lintasan gerhana matahari cincin (GMS), Kamis (26/12) mendatang. GMC akan tampak di beberapa wilayah, diantaranya Aceh, Sumbar, Provinsi Riau khususnya di Kabupaten Siak, Kepri, Kalimantan Utara, Sebagian Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat khususnya di sekitar Singkawang.
Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin mengatakan, dalam lintasan GMC akhir tahun ini, tidak akan ada efek yang dirasa. GMC pada dasarnya memiliki sifat berbeda dengan gerhana matahari total.
GMC diperkirakan dimulai pada 12.15 WIB, dengan puncak peristiwa pada 12.17 WIB dan berakhir pada 12.19 WIB.
“Prilaku hewan juga tidak akan berubah,” kata dia ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Rabu (18/12).
Dia memaparkan, pada dasarnya, GMC yang akan terjadi pada 26 Desember, merupakan aktivitas matahari yang tertutup oleh bulan. Namun, dalam sorotannya ke bumi, Bulan tidak menutup seluruh bentuk matahari.
“Sehingga, bagian tepi matahari membentuk gambaran seperti cincin,” kata dia.
Thomas menambahkan, aktivitas GMC memang sering terjadi, bahkan bisa mencapai setiap satu atau dua tahun sekali. Akan tetapi, karena lintasannya selalu berbeda, maka lokasi yang terkena dampak dari sorotan pun tidak selalu di lokasi yang sama.
“Di Indonesia sebelumnya terjadi pada 1998, kemudian 2009, kemudian di akhir tahun ini,” katanya.
GMC akan kembali terlihat di Indonesia pada 2031 mendatang. Lapan akan menjadikan momen GMC sebagai edukasi kepada publik. “Kami akan melakukan pengamatan di Siak dan Singkawang, di sana juga ada planetarium mini,” tutur dia.
Sedangkan untuk lokasi pengamatan GMC lainnya, LAPAN akan mengamatinya di Pontianak, Pasuruan dan Garut. Menurut dia, jika masyarakat ingin mengamati fenomena matahari itu, bisa dilakukan pada tengah hari.
Dia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memaksakan kemampuan mata ketika melihat GMC. “Kecuali dengan menggunakan kaca mata khusus matahari,” katanya.