Senin 10 Apr 2023 19:43 WIB

BMKG: Gerhana Matahari Total Dapat Diamati di Biak dan Pulau Kisar

Gerhana matahari cincin tidak dapat diamati di wilayah Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gerhana matahari total dapat diamati di Biak, Papua dan Pulau Kisar, Maluku pada 20 April 2023.
Foto: AP/Natacha Pisarenko
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gerhana matahari total dapat diamati di Biak, Papua dan Pulau Kisar, Maluku pada 20 April 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gerhana matahari total dapat diamati di Biak, Papua dan Pulau Kisar, Maluku pada 20 April 2023.

"Gerhana matahari total dapat diamati di Biak dan Pulau Kisar. Sementara gerhana matahari cincin tidak dapat diamati di wilayah Indonesia," ujar Deputi Bidang Geofisika, BMKG Suko Prayitno Adi di Jakarta, Senin (10/4/2023).

Ia memaparkan, durasi puncak gerhana di Biak selama satu menit dua detik pada pukul 13.57.13 WIT. Sementara durasi puncak gerhana di Pulau Kisar selama satu menit lima detik pada pukul 13.22.56 WIT.

Untuk gerhana matahari sebagian, ia menambahkan, dapat diamati di sebagian wilayah Indonesia. Namun, sebagian wilayah utara Provinsi Aceh tidak dapat mengamati gerhana matahari.

Suko Prayitno mengatakan fenomena gerhana matahari pada 20 April 2023 itu merupakan gerhana matahari hibrid. Gerhana matahari hibrid merupakan peristiwa gerhana matahari total dan cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena gerhana.

Ia menjelaskan gerhana matahari hibrid terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari dan tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi sama dengan piringan matahari.

Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya matahari seakan-akan tertutupi bulan.

Ia menambahkan posisi pengamat mempengaruhi besar magnitudo gerhana yang akan teramati. Jadi, pengamatan kedua gerhana tidak dapat dilakukan secara bersamaan dan di lokasi yang sama.

"Peristiwa gerhana matahari hibrid relatif terjadi cukup langka," ujarnya.

Suko Prayitno mengingatkan agar masyarakat untuk tidak melihat proses gerhana secara langsung karena radiasi matahari dapat merusak mata.

"Gunakanlah kacamata khusus yang menggunakan filter untuk melihat matahari," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement